Jakarta, IDN Times – Ancaman resesi global yang diperkirakan terjadi pada 2023 mendatang tengah menjadi perbincangan hangat beberapa waktu terakhir. Namun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan optimisme para pelaku usaha.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli mengatakan, pihaknya tidak setuju jika 2023 dianggap sebagai tahun yang kelam bagi perekonomian Indonesia. Dia justru optimistis perekonomian nasional akan tetap positif. Hal tentunya diharapkan sejalan dengan nilai ekspor yang juga tetap positif.
“Kami tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan bahwa tahun 2023 mencekam, bakal ada krisis ekonomi global, GPEI Haqul yakin bahwa ekspor kita optimis naik,” kata Khairull diungkap dari keterangan tertulis, Kamis (10/11/2022).
Baca Juga: Ada Sinyal Resesi 2023, Ini Tips Menghadapinya bagi Pelaku Bisnis
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik
ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama) Indonesia sendiri baru-baru ini sukses mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang impresif di kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen. Capaian tersebut pun semakin meyakinkan optimisme para pengusaha jika 2023 bukan tahun yang menakutkan bagi perekonomian.
“Tolong garis bawahi, Kami, GPEI fully optimis 2023 ekspor kita lebih baik dari 2022 untuk dunia,” tegas Khairul.
Baca Juga: Sempat Ditangguhkan, Rusia Lanjutkan Ekspor Gandum
2. Banyak permintaan barang dari Indonesia ke luar negeri
Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat) Editor’s picks
- 4 Cara Jual Emas Antam yang Pasti Untung, Cari Tahu di Sini!
- 10 Pekerjaan Paling Bikin Stres, Ada Profesi Kamu?
- Lagi Bangun Bisnis Fesyen? Simak Tips Ini biar Dagang Makin Lancar!
Khairul memaparkan jika permintaan barang dari Indonesia ke luar negeri sudah semakin banyak. Dari sektor industri karet misalnya, Ethiopia dan Jepang sudah memesan produksi karet dalam negeri untuk melengkapi produksi roda pada industri tranportasi negara mereka.
“Ethiopia mereka minta semua jenis ban, mobil dan truk mereka minta ke kita. Industri mobil Jepang ga bakal lengkap kalau gada karet,” ujar Khairul.
Ia pun memaparkan dari segi industri pertambangan seperti nikel, emas dan batubara mengalami peningkatan pada akhir tahun ini lantaran pada saat yang sama, negara-negara di Eropa sedang banyak menggunakan bahan bakar jenis batu bara.
3. Pertumbuhan beberapa sektor industri masih melambat
Suasana pabrik tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo Jawa Tengah. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.Senior Vice President Insurance Head Indonesia Eximbank, Marsinta Marpaung menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian pada beberapa sektor industri masih belum optimal. Namun, bukan berarti tidak mengalami peningkatan hanya sedikit melambat pertumbuhannya.
“Seperti yang diucapkan oleh Menteri Keuangan, Bu Sri Mulyani, beliau selalu optimis ekspor kita naik terus, Indonesia kuat, kita bisa, kita strong,” ujar Marsinta.
“Memang benar ada beberapa sektor yang sembuhnya lama, tapi recovery-nya keliatan,” sambung Marsinta.
Marsinta menambahkan, beberapa sektor industri yang pemulihannya lambat ialah tekstil dan garmen. Namun untuk garmen, industri tersebut diklaim sudah mulai kebanjiran pesanan.
“Industri banyak juga yang masih maju, istilahnya rapornya hijau, kalau yang kuning juga udah menuju hijau kok, terus meningkat” tutup Marsinta.
Baca Juga: Dampak Krisis Global, 10 Ribu Pekerja Garmen di Subang Di-PHK
Hot
No comment on record. Start new comment.