Harga Minyak Naik Tipis, Arah Suku Bunga The Fed Bebani Pasar

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent menguat tipis pada perdagangan Kamis (25/4/2024).

Harga minyak WTI naik 0,28 persen di level USD82,9 per barel dan minyak Brent terapresiasi 0,30 persen di level USD88,2 per barel pada pukul 09.45 WIB. Meski demikian, harga minyak masih menghadapi tekanan selama sepekan.

Baca Juga:

Waskita Beton (WSBP) Pasok Spun Pile Bangun Konektivitas IKN 

Di awal pekan, Senin (22/4), harga minyak WTI dan Brent masing-masing sempat turun 1,94 persen dan 0,68 persen di level USD81,5 per barel dan USD86,5 per barel pada pukul 09.05 WIB.

Sebelumnya, harga minyak sempat melesat lebih dari 3 persen pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (19/4).

Baca Juga:

Langkah BI Naikkan Suku Bunga Dinilai Tepat, Ini Alasannya

Kala itu, harga minyak WTI melesat 3,11 persen di kisaran USD85,15 per barel dan minyak Brent melesat 3,08 persen di level USD89,56 per barel pada pukul 08.54 WIB.

Melansir Trading Economics, Kamis (25/4), harga minyak melemah karena ketidakpastian permintaan yang disebabkan oleh penundaan penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang cukup membebani pasar.

Baca Juga:

Harga Nikel Anjlok 3,7 Persen, Kelebihan Pasokan Jadi Fokus Pasar

Para investor khawatir terhadap prospek bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama di tengah serangkaian angka inflasi dan lapangan kerja yang kuat.

Pasar sekarang menantikan data PDB AS pada hari Kamis dan laporan indeks harga PCE pilihan bank sentral pada Jumat esok hari untuk memandu prospek lebih lanjut.

Namun, data resmi menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 6,37 juta barel pada pekan lalu, melampaui ekspektasi kenaikan 1,6 juta barel.

Sementara itu, kekhawatiran di sisi pasokan mereda karena ketegangan di Timur Tengah terus menurun, dengan Iran dan Israel mengisyaratkan tidak adanya tindakan militer lebih lanjut terhadap satu sama lain.

Kapal tanker minyak yang sebelumnya mengalami gangguan di Laut Merah juga mengalami kemajuan dalam pengirimana, mengurangi kekhawatiran pasokan pasar luar negeri dan memungkinkan banyak negara untuk mengamankan persediaan.

Teranyar, lembaga Standard Chartered (StandChart) memperkirakan bahwa persediaan minyak global akan meningkat hanya sebesar 74.000 barel per hari pada April.

Angka ini menjadi peningkatan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan sebesar 2,2 juta barel per hari (mb/d) pada April 2023 dan peningkatan sebesar 1,4 juta barel/hari pada April 2022.

StanChart mencatat bahwa pasar mungkin lebih sensitif terhadap perubahan arah ini menyusul penarikan inventaris musiman yang kuat selama kuartal pertama tahun 2024.

Bahkan di tengah tren bullish, StanChart memperkirakan bahwa permintaan minyak global akan meningkat dengan kuat pada Mei dan Juni, melebihi 103 juta bph/hari untuk pertama kalinya. Permintaan akan meningkat lebih lanjut pada Juni menjadi 103,82 juta bph/hari.

Para ahli komoditas memperkirakan penarikan persediaan global sebesar 1,53 juta b/h per Mei dan 1,69 juta b/h pada Juni.

“OPEC kemungkinan tidak akan meningkatkan produksinya dalam waktu dekat karena terhentinya kenaikan harga minyak meskipun masih ada ruang untuk setidaknya 1 juta barel/hari tambahan produksi OPEC di kuartal ketiga tanpa menambah persediaan,” tulis analisis StanChart, Rabu (24/4). (ADF)