Note

Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis

· Views 20
Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis
Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis (foto: MNC media)

IDXChannel - Kondisi geopolitik internasional yang memanas dinilai menjadi salah satu tekanan utama bagi kinerja sektor perbankan.

Hal tersebut juga berimbas pada prospek saham perbankan ke depan, di mana sebagian pelaku pasar mulai ragu dan berpikir ulang untuk menempatkan dananya di deretan saham sektor tersebut.

Baca Juga:
Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis Pasar Tak Kondusif, Empat Saham Bank Big Cap Jadi Sasaran Jual Asing

Meski demikian, menurut Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, kinerja sektor perbankan dalam negeri relatif masih solid, meski tertekan oleh volatilitas pasar modal dan situasi perekonomian global.

Rully meyakini fundamental perusahaan perusahaan perbankan domestik masih akan mampu menopang kinerja sahamnya, di tengah era suku bunga tinggi (higher for longer), yang diproyeksikan masih akan berlanjut hingga akhir 2024 mendatang.

Baca Juga:
Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis Tergiur? Harga 5 Saham Bank Besar Kembali Diskon

"Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024," ujar Rully, di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Dengan analisa tersebut, Rully pun mengaku optimistis sektor perbankan masih akan mencatatkan pertumbuhan kredit yang tetap tinggi, atau sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI), yaitu berada di kisaran 10 hingga 12 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Baca Juga:
Tertekan Sentimen Global, Begini Prospek Saham Perbankan Menurut Analis Tekanan Jual Asing, 4 Saham Bank Raksasa Merah Padam

Sepanjang Januari 2024 lalu, pertumbuhan kredit perbankan Tanah Air terpantau cukup tinggi, yaitu mencapai 11,8 persen (yoy). Posisi tersebut bahkan menjadi capaian tertinggi pada hampir lima tahun terakhir.

Sedangkan pada Februari 2024, porsi pertumbuhan tersebut cukup melandai, namun juga masih dalam estimasi tinggi, yaitu mencapai 11,3 persen (yoy).

Sementara, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari dan Februari 2024 mulai membaik dengan masing-masing sebesar 5,8 persen (yoy) dan 5,7 persen (yoy), setelah tiga bulan terakhir pada tahun 2023 tumbuh di bawah 4 persen (yoy).

"Rasio kredit terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) juga masih relatif terjaga di bawah 85 persen, dan dengan tingkat kredit tidak lancar (NPL) yang juga masih rendah, ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit juga masih terbuka," tutur Rully.

Rullu menjelaskan, kondisi tersebut merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang pro-growth.

"Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024 ini," ungkap Rully.

Meski demikian, Rully menilai terdapat juga risiko yang harus di mitigasi ke depan agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga, seiring kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak COVID-19 telah berakhir per 31 Maret 2024 yang akan menyebabkan perbankan akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Sedangkan, dikatakan Rully, pergerakan mata uang rupiah dalam jangka menengah masih sulit diprediksi karena sangat dipengaruhi oleh isu global, bukan dipengaruhi oleh kondisi dari dalam negeri.

Dalam pandangan Rully, tren pelemahan Rupiah lebih disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan The Fed yang kembali menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian pasar global.

"Sentimen global tersebut, yang juga berdampak kepada besarnya aliran modal asing keluar dari Indonesia, menyulitkan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat," tegas Rully. (TSA)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.