Note

Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel

· Views 19
Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel
Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent berada di kisaran USD86 per barel dan di level USD90,6 per barel pada perdagangan Selasa (16/4/2024).

Harga minyak WTI dan Brent masing-masing naik 0,42 persen dan 0,4 persen pada pukul 08.12 WIB di tengah memanasnya konflik antara Iran dan Israel.

Baca Juga:
Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel Harga Emas Terus Tembus Rekor di Tengah Konflik Iran-Israel

Pada penutupan sesi Senin (15/4/2024), harga minyak WTI dan Brent sempat turun lebih dari satu persen imbas ketegangan di Timur Tengah yang mulai terkondisikan.

Meski demikian, harga minyak mentah masih bertahan di kisaran level tertinggi dalam lima bulan atau sejak Oktober 2023.

Baca Juga:
Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel Biden Peringatkan Netanyahu, AS Ogah Bantu Israel Balas Serangan Iran

Minyak mentah berjangka WTI sempat diperdagangkan 1,5 persen lebih rendah pada USD84,5 per barel dan minyak mentah Brent diperdagangkan 1,3 persen lebih rendah pada level USD89,3 per barel pada perdagangan intraday Senin, karena meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah untuk sementara menurunkan premi risiko pada komoditas energi.

Pertahanan Israel menangkis serangkaian serangan dari Iran selama akhir pekan dan meminimalisir dampak buruk dari serangan tersebut.

Baca Juga:
Harga Minyak Memanas Imbas Konflik Iran-Israel Konflik Iran-Israel Memanas, Subsidi BBM dan LPG Berpotensi Membengkak

Kondisi ini juga meningkatkan harapan bahwa para pejabat Israel akan memperhatikan desakan sekutu untuk menahan diri dari tindakan pembalasan apa pun.

Akibatnya, kekhawatiran mengenai guncangan terhadap minyak global berkurang karena perdagangan melalui Selat Hormuz tetap tidak terpengaruh, sehingga menghapus kenaikan besar harga minyak beberapa jam sebelum peluncuran rudal pada Jumat (12/4).

Dari sisi permintaan, data perekonomian yang menunjukkan ketahanan perekonomian Amerika Serikat (AS) justru menambah ekspektasi The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Kondisi ini menekan prospek industri-industri yang sensitif terhadap energi dan mendorong kenaikan dolar AS yang digunakan untuk menentukan harga kontrak minyak.

Pada Senin (15/4), Israel telah membentuk kabinet perang dan bersumpah akan menanggapi serangan langsung terhadap Israel.

Pada saat artikel ini ditulis, kabinet perang Israel belum merilis informasi terkini mengenai rencana tanggapan serangan yang dimaksud, namun dilaporkan juga sedang mempertimbangkan opsi diplomasi.

Pada Sabtu, Iran melakukan serangan balasan ke Israel karena negeri Zionis tersebut telah menewaskan sejumlah pejabat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan seorang jenderal militer dan diplomat lainnya.

Iran mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel, namun hanya sedikit yang dicegat oleh Israel dan sekutunya, termasuk AS.

Para pemimpin dunia terus menyerukan untuk menahan diri, mendesak Israel untuk menghindari pembalasan, dan Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Inggris tidak akan mendukung serangan balasan Israel, lapor BBC.

Prancis juga mengatakan akan melakukan segala hal yang diperlukan untuk menghindari pembalasan lain.

Serangan rudal Iran yang diarahkan ke Israel telah memicu serangkaian prediksi harga minyak lebih dari USD100 per barel, meskipun kenaikan harga minyak tersebut ternyata hanya berumur pendek.

Sementara dari sisi pasokan, menurut perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) dan Wood Mackenzie, keseimbangan pasokan dan permintaan minyak diperkirakan akan defisit sepanjang 2Q-3Q24 karena permintaan akan melebihi pasokan.

Ini didukung oleh kondisi PMI global membaik sementara pasokan AS melambat dan OPEC+ menurunkan produksi.

PMI global di AS dan Eropa menunjukkan tingkat ekspansif di atas 50 sepanjang Maret 2024 karena pesanan sektor jasa meningkat sementara PMI China telah ekspansif sejak 2023.

Tren positif tersebut cenderung bertepatan dengan harga komoditas yang lebih mendukung khususnya energi karena hal ini sejalan dengan prospek permintaan yang lebih baik. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.