Pasardana.id- Akuntan Publik meragukan kelangsungan usaha PT PP Properti Tbk(IDX:PPRO) setelah menemukan rugi bersih sedalam Rp1,279 triliun pada tahun 2023.
Akibatnya, emiten properti anak usaha PT PP Tbk(IDX:PPRO) menderita defisit Rp963,26 miliar pada akhir tahun 2023.
Selain itu, Akuntan Publik Bambang Karunawan dari KAP Hertanto, Grace, Karunawan juga mendapati saldo arus kas negative dari aktivitas operasi sedalam Rp63,707 miliar pada akhir tajun 2023.
“Kondisi tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahakan kelangsunga usahanya,” tulis Bambang dalam laporan audit tahun buku 2023 PPRO yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Minggu(31/3/2024).
Padahal PPRO telah menyampaikan langkah langkah keluar dari kemelut itu seperti memperkuat pemasaran dan meningkatkan kualitas pemasaran, meningkatkan pendapatan dan okupansi dengan bekerjasama dengan instansi terkait, menyelesaikan 2 proyek yakni Louvin dan Westown View, dan menjual lahan dan saham anak usaha, bahkan perseroan akan melakukan rasionalisasi karyawan pada proyek grup.
Padahal Direktur Utama PPRO, Daniel Rinsani Pakpahan melaporkan penjualan sepanjang tahun 2023 mencapai Rp1,981 triliun. Hasil itu tumbuh 16,2 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat Rp1,704 triliun.
Penopangnya, penjualan tanah terbang 22.200 persen secara tahunan menjadi Rp1,78 triliun pada tahun 2023. Sedangkan pendapatan properti tumbuh 3,09 persen secara tahunan menjadi Rp200,73 miliar. Tapi penjualan rumah susun anjlok 85,4 persen secara tahunan menjadi Rp219,2 miliar.
Sayangnya, beban pokok penjualan bengkak 32,05 persen secara tahunan menjadi Rp1,928 triliun pada tahun 2023. Dampaknya, laba kotor terpangkas 78,1 persen secara tahunan menjadi Rp53,091 miliar.
Terlebih, beban keuangan melonjak 712,3 persen secara tahunan menjadi Rp983,53 miliar pada tahun 2023. Bahkan, PPRO mencatatkan beban penurunan nilai aset sedalam Rp326,43 miliar. Pos ini nihil pada tahun 2022.
Akibatnya, perseroan menderita rugi sebelum pajak penghasilan sedalam Rp1,279 triliun pada tahun 2023. Memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan laba sebelum pajak Rp25,3 miliar.
Hot
No comment on record. Start new comment.