Harga Kakao Dunia Tembus USD9 Ribu per Ton, Lebih Mahal daripada Tembaga

IDXChannel - Harga kakao berjangka (futures) melonjak ke rekor baru sebesar USD9.400 per ton, naik 7,94 persen pada perdagangan Senin (25/3/2024).

Kenaikan ini memperpanjang reli harga kakao secara keseluruhan di Maret menjadi sekitar 45 persen, seiring buruknya panen di negara-negara penghasil kakao utama yakni Pantai Gading dan Ghana, menyebabkan kekurangan pasokan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Baca Juga:

Harga Minyak Menguat Imbas Ketatnya Pasokan dan Resolusi Gencatan Senjata Gaza

Kini, harga kakao dunia bahkan melampaui harga komoditas tembaga dunia. Harga tembaga dunia kini hanya dipatok sebesar USD8.866 per ton pada perdagangan Senin (25/3).

Baca Juga:

Harga CPO Kembali Naik Imbas Rencana Revisi Kebijakan DMO Sawit Indonesia

Kakao memperpanjang lonjakannya dengan kenaikan lebih dari USD700 per ton dalam satu hari untuk pertama kalinya seiring krisis pasokan yang melanda pasar. Kondisi ini membuat produsen coklat berjuang untuk mendapatkan biji kakao.

Melansir Bloomberg (26/3), Ghana selaku produsen coklat utama dilaporkan akan kehilangan akses terhadap fasilitas pendanaan utama karena krisis tanaman kakao yang menyebabkan negara tersebut tidak memiliki cukup biji kakao untuk mendapatkan dana.

Baca Juga:

Bursa Asia Beragam, Pasar Tunggu Data Inflasi PCE AS

Dewan Kakao Ghana, regulator industri yang disebut Cocobod, bergantung pada pendanaan asing untuk membayar petani kakao atas biji kakao mereka.

El Niño telah menyebabkan hujan lebat pada Desember 2023 dan menyebabkan kerusakan tanaman dan penyebaran penyakit busuk buah. Panas ekstrem yang terjadi membuat pohon kakao yang menua, dan penambangan ilegal semakin mengurangi produksi.

Ghana telah merevisi perkiraan produksi kakaonya turun menjadi 650.000 ton dari 850.000 ton pada tahun ini.

Tanda-tanda penurunan produksi di negara lain juga membuat industri kakao berada dalam kesulitan.

Fokus kini beralih ke masa panen pertengahan di Afrika Barat, di mana masa panen dilaporkan lebih kecil dari dua kali panen tahunan.

Laporan baru-baru ini juga menunjukkan bahwa beberapa pabrik kakao di Pantai Gading telah menghentikan atau mengurangi kegiatan pengolahan karena mereka tidak mampu membeli biji kakao.

Sementara itu, regulator kakao Pantai Gading memperkirakan hasil panen Pantai Gading, yang secara resmi dimulai pada bulan April menjadi panen tahunan yang lebih kecil dengan perkiraan akan turun 33 persen menjadi 400.000 MT dari 600.000 MT pada tahun lalu.

Regulator perkebunan terkemuka di Pantai Gading memperkirakan jumlah tersebut akan menyusut pada musim ini.

Kemajuan harga kakao ini juga akan berdampak pada kenaikan harga coklat sepanjang tahun.

Harga kakao sudah naik sekitar 40 persen pada bulan ini saja dan sudah meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun ini.

“Cokelat mungkin menjadi lebih mahal pada Paskah 2025, jika penyakit pohon kakao dan cuaca buruk memperpanjang defisit di tengah tingginya harga gula,” kata analis Bloomberg Intelligence Diana Gomes dalam sebuah catatan pada Jumat (22/3).

Menurut Bloomberg, meski harga melonjak, para spekulan sebenarnya sudah menarik diri dari pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli fisik mungkin memainkan peran penting dalam kenaikan harga kakao dunia.

Selain itu, peraturan Uni Eropa tentan produk anti deforestasu juga akan semakin mempersulit produsen coklat terkemuka kawasan tersebut untuk mendapatkan pasokan. (ADF)