Pasardana.id- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk(IDX:SRTG) menderita rugi bersih sedalam Rp10,149 triliun pada tahun 2023, atau memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan laba bersih Rp4,616 triliun.
Dampaknya, saldo laba yang tidak dicadangkan terpangkas 20,5 persen secara tahunan sisa Rp43,032 triliun pada akhir tahun 2023.
Presiden Direktur SRTG, Michael W P Soeryadjaya melaporkan sepanjang tahun 2023 perseroan mengalami potensi kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek lainnya sedalam Rp13,811 triliun.
Hasil tersebut memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan keuntungan bersih atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp3,725 triliun.
Pasalnya, investasi pada saham-saham blue chip mengalami potensi rugi Rp13,523 triliun pada tahun 2023. Sedangkan tahun 2022 investas pada saham yang sama membukukan potensi keuntungan Rp4,397 triliun.
Adapun investasi pada perusahaan berkembang juga berpotensi rugi Rp201,13 miliar. Demikian juga nilai investasi pada saham perusahaan teknologi digital yang berpotensi rugi Rp71,73 miliar.
Namun nilai setoran dividen dari perusahaan-perusahaan tumbuh secar tahunan menjadi Rp2,783 triliun pada tahun 2023.
Senada, pendapatan bunga dan investasi meningkat 14,4 persen secara tahunan menjadi Rp24,54 miliar pada tahun 2023.
Walau beban usaha dapat dipangkas 4,3 persen secara tahunan menjadi Rp222,14 miliar pada tahun 2023. Bahkan, beban bunga turun 48,3 persen secara tahunan sisa Rp95,106 miliar pada tahun 2023.
Namun, emiten investasi kongsian Edwin Soeryadjaya, Joyce Soeryadjaya dan Sandiaga S Uno ini tetap mengalami rugi sebelum pajak sedalam Rp11,309 triliun pada tahun 2023. Sedangkan tahun 2022 membukukan laba sebelum pajak Rp5,858 triliun.
Direktur Investasi SRTG, Devin Wirawan menjelaskan, mencatat Nilai Aset Bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp 48,9 triliun. NAV tersebut mengalami penurunan 20 persen dibandingkan tahun 2022.
“Gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (IDX:: ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (IDX: MDKA). Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” jelas Devin dalam keterangan resmi, Senin(18/3/2024).
Hot
No comment on record. Start new comment.