Note

Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed

· Views 40
Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed
Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Mata uang Garuda Rupiah tertekan pada perdagangan awal pekan Senin (18/3/2024) menjelang pekan pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).

Per pukul 11.18 WIB, rupiah melemah 0,51 persen di level Rp15.669 per dolar AS, menurut data Trading View.

Baca Juga:
Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed Tunggu Rapat The Fed, Harga Emas Rehat Sejenak dari Rekor

Pada penutupan sebelumnya, rupiah ditutup di level Rp.15.589 per USD. Dalam sepekan, rupiah melemah 0,55 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed

Baca Juga:
Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed Bursa Asia Dibuka Beragam di Awal Pekan Jelang Pertemuan The Fed

Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) melaporkan asing melakukan beli neto di pasar keuangan domestik sebesar Rp21,72 triliun berdasarkan data transaksi 13 – 14 Maret 2024.

Meski terjadi beli neto, hal ini belum berhasil mengangkat kinerja rupiah di awal pekan.

Baca Juga:
Rupiah Keok di Hadapan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga

Secara rinci, nonresiden melakukan beli neto Rp12,44 triliun di pasar SBN, beli neto Rp8,91 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,37 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen hingga 14 Maret 2024, asing telah melakukan jual neto Rp23,34 triliun di pasar SBN, beli neto Rp19,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp23,84 triliun di SRBI.

Sementara, indeks dolar tercatat stabil di sekitar 103,5 pada perdagangan hari ini karena investor menantikan keputusan kebijakan The Fed minggu ini.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah.

Pekan lalu, indeks naik 0,7 persen karena data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada tingkat pembatasan lebih lama.

Pada Kamis (14/3), data menunjukkan bahwa harga produsen AS naik lebih dari perkiraan pada bulan Februari baik secara bulanan maupun tahunan. Hal ini menyusul data awal minggu ini yang menunjukkan harga konsumen AS lebih tinggi dari perkiraan pada bulan lalu.

Pasar sekarang melihat peluang penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juni sebesar 55 persen, turun secara signifikan dari hampir 80 persen yang terlihat pada awal bulan ini.

Selain itu, bank sentral di Jepang, Australia dan Inggris juga akan memutuskan kebijakan moneter minggu ini, sementara angka inflasi dan PMI akan dirilis untuk sejumlah negara ekonomi besar.

Sementara itu, mata uang Asia utama lainnya, yakni Yen Jepang juga melemah menjadi sekitar 149 per dolar, mencapai level terendah dalam seminggu.

Ini karena investor bersiap menghadapi keputusan kebijakan Bank of Japan pada minggu ini, yang diperkirakan akan keluar dari kebijakan suku bunga negatifnya.

Taruhan tersebut muncul ketika perusahaan-perusahaan besar Jepang menyetujui kenaikan gaji yang lebih besar dari perkiraan pada negosiasi upah tahunan musim semi minggu lalu.

Pejabat BOJ telah berulang kali menyatakan bahwa mereka dapat memulai normalisasi kebijakan moneter jika siklus positif antara kenaikan upah dan inflasi dapat dipertahankan.

Namun, para analis berpendapat bahwa pasar telah memperhitungkan potensi perubahan kebijakan ini dan terdapat kekhawatiran mengenai lambatnya laju pengetatan.

Secara eksternal, yen juga menghadapi tekanan dari data inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan sehingga mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga The Fed lebih awal.

Yuan di China daratan juga sedikit berubah sekitar 7,2 per dolar karena investor bereaksi terhadap keputusan bank sentral terbaru.

Bank Sentral China (PBOC) sebelumnya dilaporkan memberikan fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun senilai 387 miliar yuan pada bulan Maret, namun tetap mempertahankan suku bunga sebesar 2,5 persen, seperti yang diperkirakan secara luas. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.