Harga CPO Terkoreksi di Awal Pekan usai Tembus MYR4.300 per Ton

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak sawit alias crude palm oil (CPO) dibuka lesu pada perdagangan awal pekan, Senin (18/3/2024).

CPO turun 0,96 persen di level MYR 4.246 per ton, mengalami penurunan lanjutan dari penutupan pekan lalu.

Secara year to date (YTD), minyak sawit meningkat 547 MYR/MT atau 14,70 persen sejak awal tahun 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. (Lihat grafik di bawah ini.)

Secara historis, minyak sawit mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada bulan Maret 2022. Secara mingguan, harga CPO menguat 3,07 persen dan secara bulanan sudah menguat 10,17 persen.

Tren bullish minyak sawit berjangka Malaysia terus berlanjut di mana Investor terus memperkirakan bahwa permintaan CPO akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan.

Sebelumnya, Malaysian Palm Oil Council (MPOC) memperkirakan harga minyak sawit mentah akan diperdagangkan lebih tinggi pada tahun 2024, yaitu di kisaran MYR4.000 per ton. Kenaikan harga minyak sawit ini sejalan dengan proyeksi MPOC dan sudah di atas perkiraan.

CPO juga sempat diperdagangkan di level MYR4.303 per ton pada perdagangan Kamis (14/3). Pada perdagangan jelang akhir pekan kemarin, CPO turun di level MYR4.287 per ton.

Harga CPO masih berada pada level tertinggi dalam hampir delapan bulan di tengah menguatnya harga minyak nabati saingannya dan kenaikan harga minyak mentah.

Sementara itu, perkiraan kuatnya permintaan meningkat, terutama selama bulan puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri pada pertengahan April.

Secara terpisah, data baru dari regulator industri menunjukkan stok minyak sawit pada akhir Februari turun ke level terendah sejak Juli 2023 sementara produksi mencapai titik terendah dalam 10 bulan karena cuaca buruk dan kurangnya pekerja.

Berdasarkan data surveyor kargo, pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk 1-10 Maret tumbuh sebesar 6,8 persen menjadi 382.640 ton, menurut Intertek Testing Services.

Di sisi lain, AmSpec Agri Malaysia mengatakan pengiriman naik 6,2 persen menjadi 325.543 ton selama periode tersebut.

Hal yang perlu diwaspadai adalah penurunan impor minyak sawit India dari pembeli utama pada bulan Februari yang merosot ke level terendah dalam 9 bulan.

Dari Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada Februari 2024 sebesar USD1,20 miliar atau turun 30,39 persen dibandingkan Januari 2024 yang tercatat sebesar USD1,72 miliar.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, penurunan cukup tajam pada kinerja ekspor CPO pada Februari 2024 disebabkan oleh penurunan volume permintaan dari negara mitra seperti China, India dan Eropa.

"Salah satu penyebab nilai ekspor CPO ini adalah dari menurunnya volume permintaan negara mitra," jelas Amalia dalam konferensi pers, Jumat (15/3/2024).

Amalia menyampaikan, penurunan drastis ekspor CPO dan turunannya pada Februari 2024 juga dipengaruhi oleh dibukanya jalur perdagangan baru melalui Black Sea Grain Initiatives atau Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam yang ditandatangani oleh Rusia.

Sebelumnya, dari sisi volume, ekspor CPO pada Februari 2024 hanya sebesar 1,42 juta ton, sedangkan di bulan sebelumnya mencapai 2,06 juta ton. Sementara pada Februari 2023 tercatat 2,10 juta ton. (ADF)