Note

Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018

· Views 23
Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018
Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018. (Foto: id.foursquare.com)

IDXChannel – Performa saham PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang tergolong buruk menimbulkan banyak pertanyaan bagi para investor. Apa yang terjadi pada bank syariah anak PT Bank BTPN Tbk (BTPN) ini?

Apabila menilik data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Kamis (14/3/2024), pukul 14.30 WIB, harga saham BTPS turun 2,00 persen secara harian ke level Rp1.225 per saham.

Baca Juga:
Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018 Remunerasi, Empat Bos BTPN Syariah Terima 310,4 Ribu Saham BTPS 

Bahkan, di awal sesi pertama perdagangan Kamis, harga saham BTPS sempat menyentuh Rp1.210 per saham.

Penurunan ini membuat harga saham tersebut berada di level terendah sejak 6 tahun lalu, tepatnya sedari hari pertama BTPS melantai (listing) di bursa domestik pada 8 Mei 2018.

Baca Juga:
Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018 BTPN Syariah (BTPS) Ungkap Target Dividen Naik ke 60 Persen di 2024

Kala itu, pada gelaran penawaran umum perdana (IPO), saham BTPS ditawarkan di harga Rp975 per saham dan ditutup melonjak tinggi Rp1.460 per saham pada perdagangan perdana.

Sejatinya, harga saham BTPS sempat menikmati masa tren kenaikan (uptrend) semenjak listing hingga menjelang datangnya pagebluk Covid-19 yang melanda dunia pada Maret 2020.

Baca Juga:
Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018 Raih Laba Rp1,004 Triliun, BTPS Sebut 2023 Jadi Tahun Penuh Tantangan

Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018

Usai menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) di harga Rp5.125 per saham pada 27 Januari 2020, saham BTPS belum sanggup ke level tersebut hingga saat ini.

Sebagian pihak merujuk pada penurunan kinerja keuangan sebagai kambing hitam anjloknya harga saham BTPS. Sejumlah lainnya melihat, kendati masih tertekan, asa pemulihan profitabilitas BTPS masih tetap terjaga.

Apa yang Terjadi?

Sebagai informasi, laba bersih BTPS tercatat turun signifikan sebesar 39,3 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp1,08 triliun sepanjang 2023 dari tahun sebelumnya Rp1,78 triliun.

Sebenarnya, pendapatan BTPS masih tumbuh 6,9 persen YoY menjadi Rp5,75 triliun selama tahun lalu. Sementara, hak bagi hasil milik bank (bank’s share in profit sharing) naik 4,6 persen YoY menjadi Rp5,26 triliun di 2023.

Membedah Penyebab Saham BTPS Tembus Level Terendah sejak 2018

Namun, beban pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atawa provision for allowance for impairment losses meningkat tajam 100,8 persen YoY atau dua kali lipat menjadi Rp1,9 triliun selama tahun lalu. Ini menjadi salah satu faktor yang terus membayangi kinerja keuangan BTPS.

Sementara, penyaluran pembiayaan (gross) BTPS tercatat senilai Rp11,39 triliun selama 2023, turun 1 persen secara YoY.

Dari neraca keuangan, total aset BTPS tumbuh 1 persen secara YoY menjadi Rp21,44 triliun per 31 Desember 2023.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menyebut, harga saham BTPS menembus level terendahnya sejak 2018 kendati rapor keuangan terbilang jauh lebih baik tinimbang beberapa tahun ke belakang.

“Jika kita melihat komposisi coverage kredit vs CASA [dana murah], di angka Rp11,367 vs Rp2,836. Ini artinya, kebanyakan kredit yang disalurkan [BTPS] menggunakan dana yang mahal,” jelas Michael Yeoh saat dihubungi IDXChannel, Kamis (14/3).

Hal tersebut, jelas Yeoh, berbeda dengan bank besar yang memiliki CASA tinggi. Alhasil, cost of fund (biaya dana) dari BTPS cukup tinggi, “dan mengakibatkan margin yang tipis.”

Michael melanjutkan, fenomena menjamurnya fintech alias pinjaman online (pinjol) di Indonesia juga menjadi hal yang tak bisa dikesampingkan untuk melihat tertekannya BTPS.

Menurut catatannya, per Agustus 2023, pertumbuhan penyaluran kredit di pinjol tercatat mencapai Rp20,53 triliun.

“Kenapa ini [menjamurnya fintech] penting? Karena segmen pasar BTPS adalah ultra mikro,” kata Michael, sembari menambahkan, segmen bank tersebut berebut dengan pinjol, berbeda dengan Bank Syariah Indonesia (BSI/BRIS) yang berfokus ke segmen mikro.

Pria yang akrab disapa MY tersebut melanjutkan, beban CKPN BTPS mulai menurun per Januari 2024, sebesar 33,3 persen secara bulanan (MoM) menjadi Rp150 miliar.

Menurut hemat Michael, apabila dilihat dari komposisi laporan keuangan, sebenarnya BTPS “tidak buruk-buruk amat”.

“Hanya, saham BTPS tidak diapresiasi oleh pasar. Berbeda dengan salah satu bank sesektornya BRIS [BSI] yang memiliki kinerja dan segmen pasar yang lebih luas,” kata Yeoh lagi.

Itu tadi dari sisi fundamental. Sementara, secara teknikal, Yeoh menilai, saham BTPS memiliki pergerakan downtrend berat sejak 2022.

“Titik terendah BTPS adalah 1.200 di 2018, dan jika angka ini di tembus, BTPS akan melanjutkan downtrend-nya ke 1.000,” jelasnya.

Halaman : 1 2

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.