Note

CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia

· Views 23
CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia
CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak sawit alias crude palm oil (CPO) menguat 0,52 persen di level MYR4.092 per ton pada perdagangan Jumat (8/3/2024).

Sebelumnya, harga CPO tembus di level MYR4.044 per ton alias naik 1,43 persen pada Rabu (6/3).

Baca Juga:
CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia Efek Trump Bisa Jadi Katalis Reli Harga Emas

Harga minyak sawit meningkat MYR366 per ton atau 9,84 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.

Secara historis, minyak sawit mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada bulan Maret 2022.

Baca Juga:
CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia Harga Emas Antam (ANTM) Pecah Rekor, Sahamnya Ikut Menyala

Secara mingguan harga CPO menguat 2,75 persen dan secara bulanan sudah menguat 4,92 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

 CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia

Baca Juga:
CPO Lanjut Naik, Imbas Pasokan Terbatas hingga Proyek Biodiesel Indonesia Tambah Kepemilikan, Pengendali Ini Kini Kuasai 88,59 Persen Saham BABY

Minyak sawit berjangka Malaysia melanjutkan daya tarik bullishnya dua hari beruntun menjelang bulan puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Investor terus memperkirakan bahwa permintaan CPO akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan.

Melansir Nikkei Asia Review, Jumat (8/3), pertumbuhan ekonomi yang lamban di negara-negara pembeli utama minyak sawit termasuk China diperkirakan akan membebani permintaan komoditas CPO dari pemasok utama seperti Indonesia. Mengingat, Indonesia sendiri tengah menghadapi penurunan ekspor.

Fadhil Hasan, ketua divisi luar negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan permintaan dari pembeli utama minyak sawit dari Indonesia diperkirakan akan lebih rendah tahun ini karena pertumbuhan mereka melemah. Selain China, Hasan mencontohkan Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat (AS).

“Hal ini akan mempengaruhi permintaan produk minyak sawit karena terdapat korelasi yang cukup besar antara pertumbuhan ekonomi dengan permintaan minyak sawit,” kata Hasan pada Konferensi & Pameran Palm & Lauric Oils Price Outlook 2024 di Kuala Lumpur, Rabu.

Menurut Hasan, Indonesia akan memproduksi 54,4 juta ton minyak sawit pada tahun 2024, sedikit meningkat dibandingkan 53,2 juta ton tahun lalu. Namun dia memperkirakan ekspor akan turun menjadi sekitar 29,5 juta ton, dari perkiraan 32,2 juta ton pada tahun 2023.

Hasan juga mengatakan dia melihat perdagangan minyak sawit Indonesia berada pada kisaran USD900 hingga USD1.000 per ton.

Para pelaku industri menunjukkan faktor-faktor lain yang menambah tekanan pada produksi, yaitu kurangnya penanaman kembali (replanting) sawit dan menurunnya hasil panen kelapa sawit, serta meningkatnya biaya tenaga kerja dan pupuk. Namun, terbatasnya pasokan akan mendukung harga.

Thomas Mielke, direktur eksekutif Oil World yang berbasis di Hamburg mengatakan produksi minyak sawit global menurun antara bulan Januari dan Maret tahun ini, dengan stok turun sebesar 1,2 juta ton sejauh ini pada kuartal tersebut.

Mielke memperkirakan harga minyak sawit Malaysia akan tetap jauh di atas rata-rata pada tahun 2024 dan 2025, terutama sebabkan karena terbatasnya pasokan.

Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia.

“Kami memperkirakan kontrak berjangka di Bursa Malaysia akan berada pada kisaran MYR3.800 hingga MYR4.300 dalam tiga bulan ke depan,” kata Mielke, mengacu pada harga CPO per ton.

Menurut Mielke, produksi minyak sawit tahunan global juga diperkirakan akan tumbuh pada tingkat terendah dalam empat tahun pada tahun 2023 dan 2024, yaitu sekitar 200 ribu ton hingga 300 ribu ton karena stagnasi produksi dari Indonesia dan Malaysia.

Hampir 58 persen minyak sawit yang merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia, yang diproduksi di Indonesia diekspor pada tahun 2023. Namun angka tersebut telah menurun dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan meningkatnya konsumsi dalam negeri.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh dorongan program biodiesel dari pemerintah, di mana seluruh bahan bakar diesel yang dijual di negara ini dicampur dengan minyak sawit.

Pemerintah Indonesia meluncurkan program biodiesel B35 pada bulan Februari tahun lalu yang memerlukan 35 persen campuran minyak sawit ke dalam bahan bakar solar. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.