Note

Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton

· Views 41
Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton
Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak sawit alias crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan 1,43 persen di level MYR4.044 per ton.

Harga minyak sawit meningkat MYR321 per ton atau 8,63 persen sejak awal tahun 2024, menurut perdagangan contract for difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.

Baca Juga:
Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton Harga Batu Bara Dekati USD138 per Ton, Intip Nasib Emitennya

Secara historis, minyak sawit mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada bulan Maret 2022.

Secara mingguan harga CPO menguat 3,56 persen dan secara bulanan sudah menguat 4,36 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Baca Juga:
Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton Petrindo (CUAN) Ajak Perusahaan Australia Bangun Infrastruktur Batu Bara di Kalteng

Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton

Minyak sawit berjangka Malaysia melanjutkan daya tarik bullishnya dua hari beruntun menjelang bulan puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Investor terus memperkirakan bahwa permintaan CPO akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan.

Baca Juga:
Harga CPO dalam Tren Bullish, Tembus Level MYR4.000 per Ton Harga Cetak Rekor, Saham Emiten Emas Ketiban Hoki?

Kenaikan harga minyak sawit ini sejalan dengan prediksi Malaysian Palm Oil Council (MPOC) yang memperkirakan harga rata-rata CPO pada 2024 akan berada pada kisaran MYR4.000 per ton, didorong oleh tingginya konsumsi biodiesel dan makanan dalam negeri Indonesia.

Dalam sebuah pernyataan pada pertengahan Januari 2024, MPOC memperkirakan akan terjadi kekurangan CPO sebesar 240.000 ton, karena permintaan domestik Indonesia diperkirakan akan tumbuh menjadi 640.000 ton, sementara produksi diperkirakan akan tetap datar.

“Defisit bisa semakin besar jika ekspor melampaui tingkat perkiraan,” kata perwakilan MPOC.

Meskipun prospek harga minyak sawit secara keseluruhan positif pada 2024, harga minyak sawit lebih rendah pada bulan Januari, berkisar antara RM3.600 dan RM3.850. Hal ini terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan dari negara-negara pengimpor utama dan persaingan harga dari minyak bunga matahari dan minyak lobak.

Selain itu, MPOC menambahkan bahwa bulan Januari dan Februari menjadi bulan-bulan dengan ekspor Malaysia lebih rendah. Jika dibandingkan, total ekspor CPO Malaysia sebesar 1,13 juta ton pada bulan Januari 2023 dan 1,12 juta ton pada bulan Februari 2023.

Mengenai stok minyak sawit, MPOC memproyeksikan pertumbuhan produksi minyak sawit Malaysia sebesar 1 persen pada 2024, mencapai sekitar 18,75 juta ton.

Malaysia dilaporkan mengalami penurunan produksi sebesar 4,64 persen menjadi 2,29 juta ton pada bulan Desember 2023, menandai tingkat terendah dalam tiga bulan, sejalan dengan tren produksi minyak sawit secara keseluruhan.

Meski demikian, MPOC melaporkan lonjakan produksi minyak sawit Malaysia pada kuartal keempat tahun 2023 menjadi 5,27 juta ton, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2018, yang didorong oleh timbulnya El Niño. MPOC juga memperkirakan tren produksi ini akan berlanjut hingga kuartal pertama tahun 2024.

Di pasar dalam negeri Indonesia, peningkatan permintaan CPO diperkirakan didorong oleh permintaan produk turunan CPO seperti minyak goreng, margarin, dan sejenisnya.

Sementara itu, di kancah global, terdapat potensi penurunan pasokan dari negara-negara eksportir besar karena mereka lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan kenaikan produksi kelapa sawit tertinggi pada tahun ini diperkirakan tidak lebih dari 5 persen. Jika kewajiban produksi Biodiesel 35 persen (B35) tetap dilanjutkan, maka kebutuhan minyak sawit dalam negeri Indonesia akan mencapai 25 juta ton pada tahun ini.

“Mengingat produksi yang stagnan, ekspor minyak sawit kita pada tahun ini (2024) turun 4,13 persen menjadi hanya sekitar 29 juta ton,” kata Eddy, Senin (15/1).

Sementara itu, Ketua Divisi Luar Negeri GAPKI Fadhil Hasan mengatakan selain program mandatori biodiesel, konsumsi lokal Indonesia juga didorong oleh produk oleochemichal.

Tren penurunan ekspor minyak sawit Indonesia sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 2020 yang ditunjukkan oleh negara tujuan ekspor utama yaitu China, India, Uni Eropa, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS). (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.