Note

Pengusaha Buka-bukaan Penyebab Industri Tekstil Lesu, Singgung Produk Impor China

· Views 22
Pengusaha Buka-bukaan Penyebab Industri Tekstil Lesu, Singgung Produk Impor China
Ilustrasi tekstil - Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta

Industri tekstil dalam negeri masih lesu. Rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Kementerian Perindustrian bulan Februari menyebut sektor tekstil masih terkontraksi.

Terkait ini, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja buka suara. Menurutnya salah satu penyebab industri tekstil masih kontraksi berasal dari massive-nya produk impor murah yang masuk ke dalam negeri.

"Faktor utama adalah barang impor yang murah dan masif masuk ke Indonesia akibat kondisi global yang masih kurang baik," katanya saat dihubungi detikcom, dikutip Selasa (5/3/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi global yang kurang baik membuat China sebagai produsen tekstil dan produk tekstil (TPT) terbesar dunia menyasar negara yang trade barrier atau penghalangnya lemah.

"Yang membuat produsen TPT terbesar dunia seperti China mencari market yang lemah trade barrier-nya," tuturnya.

Dari dalam negeri, ia menyebut daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. Sementara utilisasi atau pemanfaatan fasilitas industri di sektor ini juga masih rendah.

"Selain daya beli masyarakat Indonesia yang masih belum pulih dan utilisasi industri yang masih rendah sehingga pemanggilan karyawan untuk dipekerjakan kembali belum terjadi," tuturnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, salah satu sektor yang mengalami kontraksi adalah industri tekstil. Meski ada kontestasi pemilu, sektor industri tekstil tampaknya tidak berhasil terdongkrak.

"Kenapa kok industri tekstil, sebenarnya kan kalau pemilunya di bulan Februari harusnya produksi naik di bulan Desember, produksi dilakukan di Desember. Mungkin barangkali industri tekstil dan TPT (tekstil dan produk tekstil) mungkin menghabiskan stoknya juga begitu, sehingga Februari mereka produksinya turun," katanya dalam konferensi pers rilis IKI di Gedung Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Di sisi lain permintaan dari pasar luar negeri juga menurun. Febri menduga hal ini juga berkontribusi membuat IKI sub sektor tekstil terkontraksi di bawah 50 poin.

"Tapi kami juga melihat di sisi lain pasar global dan di beberapa negara untuk industri produk tekstil pesanannya semakin menurun. Itu yang menurut kami penyebab kenapa industri tekstil masih melemah atau di bawah 50, atau masih kontraksi," terang Febri.

(ily/kil)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.