Note

Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga

· Views 23
Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga
Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Pasar obligasi Indonesia tampaknya mulai dilirik oleh asing di tengah spekulasi pasar tentang penurunan suku bunga bank sentral utama dunia.

Dilaporkan Bloomberg, Senin (4/3/2024), para fund manager global bertaruh pada obligasi Indonesia karena mereka melihat asset class tersebut sebagai penerima manfaat utama dari siklus pelonggaran bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan dilakukan memasuki semester kedua tahun ini.

Baca Juga:
Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga MTRA Terancam Delisting, 22 Persen Saham Publik Nyangkut

Ashmore Group Plc dalam analisis terbarunya melihat tingkat kebijakan yang disesuaikan dengan inflasi di Indonesia yang relatif tinggi memberikan banyak ruang untuk penurunan suku bunga ketika The Fed mulai melakukan pelonggaran.

Fidelity International melihat adanya potensi carry dalam kurva imbal hasil Indonesia yang datar. Sementara Abrdn plc menyebut keuangan pemerintah yang sehat sebagai alasan investor dapat membeli utang rupiah.

Baca Juga:
Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga GOTO Jatuh, Investor Respons Negatif Lock-Up Saham Seri B Dibuka Akhir Maret?

“Sangat sulit untuk mengabaikan pasar seperti obligasi Indonesia. Mereka kemungkinan akan mengungguli rekan-rekan regional mereka tahun ini,” kata Jerome Tay, manajer investasi di Abrdn plc di Singapura.

Sebagai informasi, tingkat suku bunga Indonesia yang disesuaikan dengan inflasi saat ini berada pada angka 3,25 persen, tertinggi di Asia setelah Filipina dan Thailand. Kondisi ini diyakini bisa memberikan ruang bagi bank sentral untuk memotong biaya pinjaman guna meningkatkan perekonomian.

Baca Juga:
Potensi Obligasi RI Jadi Alternatif Asing, Antisipasi The Fed akan Pangkas Suku Bunga MIND ID Kuasai 34 Persen Saham Vale (INCO), Hilirisasi Nikel RI Bisa Makin Masif

Selain itu, defisit anggaran yang berada pada titik terendah dalam 12 tahun terakhir juga meningkatkan daya tarik obligasi negara.

Obligasi RI di Tengah Program Populis dan Pelemahan Rupiah

Jika dilihat data Bank Indonesia (BI), RI mencatatkan aliran modal asing alias nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,00 triliun berdasarkan data transaksi 26 – 29 Februari 2024. Transaksi ini terdiri dari jual neto Rp0,82 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,64 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen hingga 29 Februari 2024, nonresiden jual neto Rp4,93 triliun di pasar Surat Berharga Negara  (SBN), beli neto Rp20,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp25,51 triliun di SRBI.

Indonesia secara konsisten juga mengungguli negara-negara berkembang lainnya dalam hal surat utang.

Melansir data Kementerian Keuangan, posisi SBN nonresiden RI mencapai Rp837,13 triliun per akhir Februari 2024, turun Rp4,76 dari posisi Januari yang mencapai Rp841,89 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Menurut Bloomberg, penundaan penurunan suku bunga The Fed tahun ini dan kekhawatiran program populis pemimpin terpilih seperti rencana makan siang gratis telah menggerogoti keuntungan obligasi rupiah beberapa waktu terakhir.

Namun penurunan obligasi sebesar 1 persen pada tahun ini merupakan kerugian terkecil di negara-negara berkembang di Asia lainnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Per 1 Maret 2024, Yield SBN 10 tahun tercatat turun di 6,58 persen. Sementara per awal pekan (4/3), imbal hasil SBN 10 tahun adalah 6,63 persen. Secara historis, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar 21,11 pada Oktober 2008.

“Indonesia memulai dengan posisi fiskal yang kuat sehingga mungkin ada ruang untuk melonggarkan sisi fiskal tanpa menimbulkan kekhawatiran pasar atau menimbulkan dampak negatif yang signifikan,” kata Ian Samson, manajer portofolio Fidelity di Singapura.

Samson menambahkan, obligasi pemerintah Indonesia adalah salah satu pilihan utama di Asia. Khususnya pada obligasi tenor lima tahun yang akan mendapatkan keuntungan lebih besar dari ekspektasi pelonggaran suku bunga jangka pendek.

Gustavo Medeiros, kepala penelitian makro global di Ashmore, mempertahankan posisi overweight pada obligasi Indonesia, dengan merekomendasikan kurva jangka panjang karena ekspektasi bahwa pasar tidak akan terlalu berfluktuasi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.

Meski demikian, premi yang ditawarkan oleh obligasi Indonesia bertenor 10 tahun dibandingkan obligasi pemerintah dengan jatuh tempo serupa di sejumlah negara berkembang telah menyusut hingga mendekati titik terendah tahun ini.

Kondisi ini mungkin membatasi sebagian permintaan asing terhadap utang rupiah. Obligasi di Amerika Latin, di mana bank sentral sudah mulai melakukan pelonggaran mungkin akan menjadi alternatif investor dalam jangka pendek.

“Minat asing tidak terdengar karena ada imbal hasil yang lebih baik yang ditawarkan di Brasil, Meksiko, dan Eropa Timur, serta prospek pergerakan kebijakan. Bank Indonesia telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengambil tindakan sampai The Fed menurunkan suku bunga, sehingga investor dapat mempertahankan posisi tersebut untuk saat ini,” kata Philip McNicholas, ahli strategi Asia di Robeco Group Singapura.

BI sejauh ini juga telah menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga karena fokusnya adalah menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil dii tengah dolar yang masih kuat.

“Kami menyadari bahwa perekonomian domestik memerlukan dorongan dari kebijakan suku bunga, namun kami belum dapat melakukan penyesuaian suku bunga di tengah ketidakpastian global saat ini,” kata Deputi Gubernur BI, Juda Agung, Kamis (29/2).

Namun, BI mengklaim telah menyiapkan langkah-langkah untuk bersiap saat penurunan suku bunga dimulai.

“Kami melihat obligasi Indonesia sebagai cara yang baik untuk memainkan siklus pelonggaran global yang akan datang, sebagian karena Indonesia kemungkinan akan mengikuti The Fed dengan cermat,” kata Samson dari Fidelity.

Samson menambahkan, kurva imbal hasil di negara maju sangat terbalik, sedangkan kurva obligasi rupiah cukup datar. Ini berarti adalah cara yang lebih baik untuk memainkan siklus pelonggaran suku bunga. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.