Harga Emas dalam Tren Bullish di Tengah Penurunan Dolar AS

IDXChannel - Harga emas di pasar spot berada di kisaran USD2.083, level tertinggi sepanjang 2024 di tengah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Harga emas mengalami koreksi tipis, turun 0,01 persen pada pembukaan perdagangan Senin (4/3/2024). Namun, emas naik hingga lebih dari USD2.080 per troy ons pada penutupan perdagangan Jumat (1/3), menandai level tertinggi sejak 28 Desember 2023 dan menuju kenaikan mingguan kedua berturut-turut.

Baca Juga:

Suspensi Dibuka BEI, Saham KICI Tumbang

Kenaikan harga emas dunia dipicu oleh melemahnya dolar dan lebih rendahnya imbal hasil Treasury, di tengah melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan, harga emas sudah menguat 2,59 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Baca Juga:

Gembok Dibuka, Saham CGAS Langsung Melesat Sembilan Persen

Data bulan Februari terus menunjukkan penurunan kinerja ekonomi AS ditandai dengan sektor manufaktur dan survei konsumen Universitas Michigan yang menunjukkan penurunan.

Survei PMI ISM AS menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi selama 16 bulan berturut-turut di bulan Februari, dan lebih cepat dari perkiraan, menandai kontraksi terpanjang dalam 22 tahun.

Baca Juga:

Bursa Asia Menguat, Nikkei Jepang Tembus 40 Ribu, Tertinggi dalam Sejarah

Selain itu, data terbaru pada Kamis (29/2) mengungkapkan bahwa pertumbuhan tahunan inflasi AS untuk bulan Januari adalah yang terkecil dalam hampir tiga tahun.

Data indeks harga PCE yang menjadi ukuran inflasi pilihan The Fed dilaporkan turun seperti yang diharapkan pada bulan Januari. Angka tersebut memicu harapan bahwa inflasi akan turun dalam beberapa bulan mendatang dan memberikan dorongan yang cukup bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga pada Juni.

Indeks dolar memperpanjang penurunannya hingga di bawah 104, tepatnya di level 103,8 pada perdagangan hari ini, karena serangkaian data ekonomi dari AS dan pernyataan beberapa pejabat bank sentral.

Namun pengukur ekspektasi suku bunga, CME Fedwatch menunjukkan para investor hanya sedikit meningkatkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada bulan Juni, sementara pertaruhan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil.

Sejumlah pejabat The Federal Reserve (The Fed) juga memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai melonggarkan kebijakannya. Ini karena kenaikan inflasi di masa depan kemungkinan akan mengurangi prospek penurunan suku bunga di bulan Juni.

Presiden Fed New York John Williams baru-baru ini mengungkapkan ekspektasinya terhadap penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.

Williams menekankan meredanya inflasi dan perekonomian yang kuat, serta menyatakan bahwa kondisi perekonomian saat ini tidak memerlukan kenaikan suku bunga menjadi tanda dovish bank sentral AS ini.

Selain itu, presiden The Fed Richmond Barkin juga menyatakan bahwa terlalu dini untuk memprediksi kapan bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga dan menekankan bahwa tekanan harga masih berlanjut dalam perekonomian.

Presiden Fed Bank Chicago, Goolsbee juga menyatakan kekhawatirannya terhadap laju tekanan harga yang sangat tinggi, khususnya dalam inflasi perumahan.

Sementara data imbal Hasil Obligasi US 10 Tahun berada di level 4,19 persen pada perdagangan pagi ini. Secara historis, Imbal Hasil Obligasi Negara AS 10 Tahun mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar 15,82 pada bulan September 1981. (ADF)