Adaro (ADRO) Raup Laba Rp25,80 Triliun di 2023, Susut 34,16 Persen

IDXChannel - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengantongi laba bersih sebesar USD1,64 miliar atau setara Rp25,80 triliun di sepanjang 2023 lalu atau turun 34,16% dari tahun 2022 sebesar USD2,49 miliar.

Sejalan dengan itu, pendapatan perseroan juga tercatat turun 19,56% menjadi USD6,51 miliar atau setara Rp102,44 triliun, dari sebelumnya sebesar USD8,10 miliar. 

Baca Juga:

Dear Investor, Adaro (ADRO) Tetapkan Dividen Interim Rp199,98 per Saham

Secara rinci, penjualan batu bara tercatat sebesar USD6,31 miliar atau Rp99,26 triliun, segmen jasa pertambangan tercatat sebesar USD104,93 juta atau Rp2,21 triliun, serta pendapatan lainnya sebesar USD61,42 juta atau Rp965,47 miliar.

“Kami senang dengan pencapaian yang melampaui target tahun 2023, dengan skala volume produksi dan efisiensi operasional yang semakin mendukung kemajuan Grup Adaro,” kata Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (1/3/2024).

Baca Juga:

Saham ADRO Milik Boy Thohir Terkoreksi Dua Persen, Ada Apa?

Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini merincikan, volume penjualan perseroan mencapai 65 juta ton sampai 67 juta ton, yang meliputi 61 juta ton sampai 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton sampai 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

Sementara itu, volume produksi ADRO dan perusahaan-perusahaan anak mencapai 65,88 juta ton di sepanjang tahun 2023 lalu,atau setara dengan kenaikan 5% dari tahun 2022. Adapun, pengupasan lapisan penutup mencapai 286,35 juta bcm, atau naik 22%. Serta, nisbah kupas mencapai 4,35x, atau naik 16% dan lebih tinggi daripada target 4,2x yang ditetapkan perseroan.

Baca Juga:

Adaro (ADRO) Buka Suara soal Pernyataan Boy Thohir 

Dari sisi pengeluaran, beban pokok penjualan ADRO naik 15% menjadi USD3,98 miliar atau Rp62,56 triliun, terutama karena kenaikan biaya royalti kepada pemerintah yang dibayarkan PT Adaro Indonesia (AI) dibandingkan pada tahun sebelumnya. 

Selain itu, biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga naik, akibat kenaikan volume. AEI mencatat kenaikan 22% pada pengupasan lapisan penutup menjadi 286,35 juta bcm, dan nisbah kupas 4,35x, atau 16% lebih tinggi daripada tahun 2022 maupun target. Namun angka itu masih sesuai dengan nisbah kupas umur tambang perusahaan.

Baca Juga:

IHSG Siap Rebound, Simak Prospek Saham ADRO, BMRI hingga UNVR

“Walaupun konsumsi bahan bakar naik 14%, biaya bahan bakar sepanjang tahun 2023 lalu tetap setara dengan tahun 2022 karena harga minyak lebih rendah,” imbuh Boy Thohir.

Kemudian, beban usaha perseroan tercatat turun 8% menjadi USD343,93 juta atau Rp5,40 triliun karena penurunan 17% pada komisi penjualan menjadi USD104 juta dan perseroan mencatat pembalikan terhadap cadangan beban yang belum dibayar untuk komponen terkait beban terkait kewajiban pembayaran kepada pemerintah sebesar USD53,8 juta, setelah dikurangi akrual untuk PNBP untuk pemerintah pusat (porsi 4%) dan pemerintah daerah (porsi 6%). Di sisi lain, biaya karyawan naik 29% menjadi $104 juta, seiring pertumbuhan Grup Adaro.

Baca Juga:

Cum Date Dividen ADRO Berakhir, Ada Investor Negosiasi Saham Rp155,4 Miliar

Lebih lanjut, total nilai aset ADRO per Desember 2023 tercatat sebesar USD10,47 miliar atau setara Rp164,62 triliun, turun 2,87% dari posisi akhir Desember 2022 yang sebesar USD10,78 miliar. Liabilitas perseroan tercatat sebesar USD3,06 miliar dan ekuitas sebesar USD7,40 miliar. 

(SAN)