Note

Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton?

· Views 16
Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton?
Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak sawit alias crude palm oil (CPO) melanjutkan penguatan pada perdagangan Selasa (27/2/2024) di Bursa Malaysia.

Menurut data pasar, harga CPO menguat 1,55 persen di level MYR3.923 per ton.

Baca Juga:
Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton? Harga Batu Bara Melesat Hampir 7 Persen, karena Apa?

Sebelumnya, harga CPO juga menguat 1,52 persen berada di kisaran harga MYR3.867 per ton di awal pekan, Senin (19/2). Sementara secara mingguan harga CPO menguat 1,61 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton?

Baca Juga:
Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton? Pemerintah Rencana Tingkatkan Dana hingga Rp60 Juta per Hektare untuk Replanting Sawit

Minyak sawit berjangka Malaysia melanjutkan daya tarik bullishnya dua hari beruntun karena harga minyak saingannya lebih tinggi.

Sementara itu, harga minyak mentah mempertahankan kenaikannya di tengah gangguan pengiriman di Laut Merah. Selain itu, para pedagang terus memperkirakan bahwa permintaan akan meningkat menjelang bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Baca Juga:
Harga CPO Lanjutkan Penguatan, Bisakah Tembus Level MYR4.000 per Ton? Sulit Terganti, Ini Deretan Kelebihan Sawit Dibanding Minyak Nabati Lain

Secara terpisah, penurunan produksi yang berkepanjangan mungkin terjadi pada bulan Februari karena cuaca yang tidak mendukung di negara-negara produsen utama.

Data produksi pada tanggal 1-20 Februari akan dirilis pada akhir minggu ini. Membatasi momentum kenaikan adalah kewaspadaan menjelang pembacaan PMI bulan Februari dari pembeli utama China.

Sementara itu, kekhawatiran terhadap memburuknya ekspor muncul setelah perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri mengatakan pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk 1-25 Februari anjlok 14,3 persen dari periode yang sama di bulan Januari menjadi 863,108 ton.

Secara terpisah, surveyor kargo Intertek Testing Services mencatat ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-25 Februari merosot 10,7 persen menjadi 951.409 metrik ton.

Harga CPO juga masih dalam tren bullish pekan ini karena negara-negara produsen utama, khususnya Indonesia dan Malaysia, bersiap menyambut musim Ramadan.

Menurut analis Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX), Girta Yoga, permintaan diperkirakan akan meningkat menjelang Ramadhan, sehingga berpotensi mendorong harga CPO lebih tinggi baik di pasar domestik maupun global.

Girta memprediksi harga CPO diproyeksikan antara MYR3.900 hingga MYR3.925 per ton, dengan tingkat support diperkirakan berada dalam kisaran MYR3.800 hingga MYR3.775.

Di pasar dalam negeri, peningkatan permintaan CPO diperkirakan didorong oleh permintaan produk turunan CPO seperti minyak goreng, margarin, dan sejenisnya.

Sementara itu, di kancah global, terdapat potensi penurunan pasokan dari negara-negara eksportir besar karena mereka lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.

Meski demikian, Yoga memperkirakan penguatan harga CPO pada pekan ini kemungkinan akan terbatas.

Hal ini disebabkan kondisi pasar minyak nabati yang mengalami kelebihan pasokan, khususnya bersaing dengan minyak kedelai dari negara produsen besar seperti Brazil, Amerika Serikat, dan Argentina.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan kenaikan produksi kelapa sawit tertinggi pada tahun ini diperkirakan tidak lebih dari 5 persen. Jika kewajiban produksi Biodiesel 35 persen (B35) tetap dilanjutkan, maka kebutuhan minyak sawit dalam negeri Indonesia akan mencapai 25 juta ton pada tahun ini.

“Mengingat produksi yang stagnan, ekspor minyak sawit kita pada tahun ini (2024) turun 4,13 persen menjadi hanya sekitar 29 juta ton,” kata Eddy, Senin (15/1).

Sementara itu, Ketua Divisi Luar Negeri GAPKI Fadhil Hasan mengatakan selain program mandatori biodiesel, konsumsi lokal Indonesia juga didorong oleh produk oleochemichal.

Tren penurunan ekspor minyak sawit Indonesia sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 2020 yang ditunjukkan oleh negara tujuan ekspor utama yaitu China, India, Uni Eropa, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS).

Fadhil mencatat, produksi minyak sawit Indonesia terus menurun sejak tahun 2005.

“Pada tahun 2005-2010 mengalami penurunan sebesar 10 persen, pada tahun 2010-2015 mengalami penurunan sebesar 7,4 persen, kemudian pada tahun 2015-2020 mengalami penurunan sebesar 3,2 persen, dan sejak itu kemudian menjadi stagnan,” kata Fadhil.

Analis Riset Global Thomas Mielke mengatakan penurunan produksi minyak sawit akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar minyak nabati global di tengah meningkatnya konsumsi minyak nabati global.

Namun menurut Mielke, industri minyak sawit Indonesia akan terus mendominasi pasar minyak nabati global, menguasai 32 persen total produksi minyak nabati global dan 53 persen ekspor global pada tahun 2024.

“Peningkatan produksi sawit dalam setahun hanya mencapai sekitar 1,7 juta ton atau bahkan kurang. Jauh lebih rendah dibandingkan produksi normal selama 10 tahun terakhir yang terlihat terakhir pada tahun 2020 sebesar 2,9 juta ton,” ujarnya.

Penurunan produksi global terutama disebabkan oleh menurunnya produksi minyak sawit Indonesia sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.