Pasardana.id– Nasib investor ritel yang memborong saham pada penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sangat berbeda dengan investor kakap.
Contoh terbaru, investor IPO PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (IDX:NAYZ) harus merogoh kantungnya Rp100 per lembar pada awal Februari 2023.
Sebenarnya, investor IPO NAYZ berpeluang menangguk untung mulai bulan Maret hingga akhir Juni 2023 karena harga saham emiten produsen makanan bayi itu diperdagangan lebih dari level Rp100 per lembar.
Namun menginjak bulan Juli 2024, NAYZ rontok hingga ke level terendah seharga 16 per lembar.
Selang setahun IPO, harga murah terendah itu menjadi pintu masuk bagi salah satu mayoritas NAYZ yakni Asia Intrainvesta ( Asiavesta Grup) menambah kepemilikannya dari 400 ribu lembar atai 15,69 persen menjadi 1,44 miliar helai atau 56,6 persen NAYZ.
Caranya, Asia Intrainvesta membeli telah mengambilalih saham tambahan sebesar 1.040.000.000 saham sebesar 40,78 persen porsi saham NAYZ milik Hasana Investa Utama dengan harga Rp16 per saham.
Dengan demikian, perusahaan milik Achmad Machlus Sadat itu hanya merogoh dana Rp16,6 miliar guna menjadi pengendali baru NAYZ.
Sekretaris Perusahaan NAYZ, Bambang Setiadji menyampaikan, Pemegang Saham Pengendali (PSP) baru perseroan sedang mempersiapkan penawaran wajib atau tender offer dengan harga Rp20 per lembar.
“Rata- rata harga tertinggi harian Saham yang diperdagangkan di BEI selama 90 hari sebelum tanggal Pengumuman Pengambilalihan adalah Rp20 per Saham, sedangkan Harga Pengambilalihan adalah Rp16 per Saham, maka harga ratarata harga tertinggi harian Saham yang diperdagangkan di BEI lebih tinggi dibandingkan pengambilalihan,” tulis Bambang dalam keterangan resmi pada akhir pekan lalu.
Hot
No comment on record. Start new comment.