Wall Street Pekan Depan: Pelaku Pasar Bersiap Sambut Data Inflasi
IDXChannel - Pelaku pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street bersiap menyambut data inflasi pada pekan depan.
Rilis indeks harga konsumen (CPI) dapat menjadi petunjuk apakah ketahanan ekonomi AS dapat memicu peningkatan inflasi, sehingga berpeluang menahan langkah bank sentral atau Federal Reserve untuk memangkas bunga acuan.
Secara teknikal ketiga indeks Wall Street juga telah menyentuh rekor tertinggi. Ini membangkitkan kekhawatiran adanya tekanan jual, terlebih setelah reli panjang sejumlah saham-saham berkapitalisasi besar.
Pada penutupan Jumat (9/2), S&P 500 (SPX), menguat 0,57% menyentuh area psikologis 5.026,61, demikian juga Nasdaq Composite (IXIC) naik 1,25% di 15.990,66, sementara Dow Jones (DJI) tertekan 0,14% di 38.671,69.
Ini didukung penguatan 7 saham bluechip atau dikenal ‘Magnificent Seven’ yang mencakup Meta Platforms (META.O), Apple Inc. (AAPL.O), Amazon (AMZN.O), dan lain sebagainya. Mereka menyumbang hampir 60% dari kenaikan SPX pada tahun ini.
Sejumlah pengamat menilai ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed Rate telah memberi sentimen yang cukup luas di berbagai sektor, sekaligus menutup ruang kekhawatiran terhadap pengetatan moneter lebih lama lagi.
“Sejumlah saham sudah mengalami reli yang cukup besar di sejumlah level market yang sejatinya telah oversold,” kata Ed Clissold, kepala strategi AS di Ned Davis Research, dilansir Reuters, Minggu (11/2/2024).
Departemen Tenaga Kerja AS akan mengumumkan inflasi periode Januari 2024 pada Selasa (13/2). Pada periode sebelumnya, inflasi AS mencapai 3,3% year-on-year (yoy), dengan inflasi inti (core) yang tidak mencakup komponen pangan dan energi sebesar 3,9%.
Pada Jumat lalu (9/12), terdapat pembaruan penyesuaian atas data CPI, dari data yang diumumkan Desember lalu. Tercatat tingkat inflasi AS masih berada di level 3,3%,
Revisi Biro Statistik Tenaga Kerja hanya memengaruhi data indeks harga konsumen yang disesuaikan secara musiman, yang berarti tingkat inflasi inti selama 12 bulan terakhir tetap tak berubah sebesar 3,9%.
Secara teknikal, tren penguatan S&P 500 telah memasuki area jenuh beli alias overbought, sehingga dikhawatirkan dapat membangkitkan tekanan jual untuk kebutuhan likuiditas investor.
Dow Jones Market Data mencatat bahwa lima perusahaan big caps konstituen S&P 500 menyumbang penguatan cukup besar. Melansir Market Watch, kekhawatiran investor semakin besar terhadap keberlanjutan reli bursa saham saat ini.
Dari sisi makro pasar masih masih meraba dampak yang lebih luas atas pernyataan petinggi The Fed. Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell pada akhir Januari lalu menyangkal harapan pasar bahwa pemangkasan suku bunga dapat segera diambil pada pertemuan Maret mendatang. Powell menegaskan pihaknya membutuhkan lebih banyak data dan bukti bahwa inflasi akan kembali ke target 2 persen.
Melalui sejumlah indikator, pada Jumat malam, pasar memperkirakan penurunan suku bunga kumulatif sekitar 110 basis poin hingga tutup tahun 2024. Angka ini turun dari proyeksi penurunan 160 basis poin pada akhir 2023.
(SAN)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.