Note

Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen

· Views 30
Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen
Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah stabil pada perdagangan Senin (5/2/2024) setelah penurunan tajam pekan lalu seiring investor terus memantau perkembangan di Timur Tengah.

Harga minyak anjlok lebih dari 7 persen pekan lalu karena kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas meredakan kekhawatiran mengenai gangguan pasokan dari wilayah tersebut.

Baca Juga:
Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen Bursa Asia Loyo di Awal Pekan, Shanghai Composite Anjlok 3 Persen

Memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) turut membebani pasar.

Pemulihan ekonomi China yang kian lambat juga membebani prospek permintaan global. Sementara itu, AS mengatakan bahwa mereka akan melakukan tindakan militer lebih lanjut terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran.

Baca Juga:
Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen Pasar Saham China Rontok, Investor Beralih ke India

Kondisi ini meningkatkan ketegangan di Timur Tengah meskipun bersikeras bahwa mereka tidak ingin memperluas konflik di wilayah tersebut.

Harga minyak mentah Brent naik 0,22 persen di level USD77,5 per barel dan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,18 persen di level USD72,4 per barel.

Baca Juga:
Harga Minyak Dunia Stabil di Awal Pekan setelah Anjlok 7 Persen Ada Transaksi Nego Rp1,33 Triliun di Harga Diskon, Saham GOTO Terkoreksi

Para trader berharap gencatan senjata di Gaza akan menghentikan serangan Houthi terhadap pelayaran Laut Merah yang telah mengganggu perdagangan global dan aliran minyak dari wilayah tersebut. Namun, seorang pejabat Qatar mengatakan tidak ada gencatan senjata.

Sementara itu, OPEC+ mempertahankan kebijakan produksinya saat ini, mempertahankan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama. Dari sisi permintaan, permintaan minyak global kemungkinan akan meningkat sebesar 2 juta barel per hari pada tahun 2024, jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,24 juta barel per hari, menurut EIA.

Menanti Stabilitas Pasar Minyak di 2024

Satu setengah tahun setelah seorang profesor terkenal dari Harvard menggambarkan pandemi pada tahun 2020 sebagai “induk dari segala guncangan” terhadap pasar energi, harga minyak dan gas masih terguncang oleh guncangan pasokan dan permintaan. Kondisi ini diperparah dengan tren pertumbuhan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang mengimbangi atau memperburuknya.

“Salah satu alasan mengapa harga minyak dan gas begitu fluktuatif adalah karena permintaan energi jangka pendek merespons perubahan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan perubahan harga. Jadi, ketika terjadi guncangan energi, diperlukan perubahan harga yang besar untuk membersihkan pasar,” tulis Kenneth Rogoff, Profesor Ekonomi di Universitas Harvard dan mantan Kepala Ekonom dan Direktur Penelitian di Dana Moneter Internasional (IMF) dalam artikel opini di Project Syndicate pada Juli 2022.

Guncangan besar terhadap pasar energi pada tahun itu adalah dampak perang Rusia di Ukraina terhadap pasokan dan harga minyak dan gas global.

“Namun, pandemi pada tahun 2020 adalah induk dari segala guncangan, yang menyebabkan perubahan permintaan terbesar sejak Perang Dunia II,” kata Rogoff.

Pasca pandemi, faktor ekonomi dan geopolitik terus memberikan kejutan pada pasar energi, sehingga menyebabkan volatilitas yang tinggi.

Harga minyak mentah, yang anjlok pada musim semi tahun 2020, melonjak hingga di atas USD130 setelah invasi Rusia ke Ukraina. Harga gas alam mencapai rekor tertinggi pada Agustus 2022 ketika Rusia memutus sebagian besar pasokan gas pipa ke Eropa.

Namun, guncangan seperti perang Hamas-Israel yang dapat mendorong harga lebih tinggi telah diimbangi dengan berlanjutnya kekhawatiran terhadap perekonomian global.

Permintaan tetap tinggi selama setahun terakhir, namun kekhawatiran terhadap perekonomian membatasi lonjakan harga minyak akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, wilayah ekspor minyak dan jalur perdagangan minyak terpenting di dunia.

Selain itu, kondisi China yang terbebani sentimen krisis properti dan pemulihan ekonomi yang lambat membuat pasar minyak juga kian tak pasti.

Laporan terbaru dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyebut penurunan ekonomi China kemungkinan besar akan terus berlanjut hingga empat tahun ke depan.

Bahkan, dalam laporan dirilis pada Jumat (2/2), IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China akan turun menjadi 4,6 persen tahun ini, turun dari pertumbuhan 5,2 persen pada 2023, dan makin menurun lagi menjadi 3,4 persen pada 2028. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.