Note

Silang Pendapat Sesama Eks Mendag Muhammad Lutfi Vs Tom Lembong Soal Nikel

· Views 19
Silang Pendapat Sesama Eks Mendag Muhammad Lutfi Vs Tom Lembong Soal Nikel
Foto: Dok. Harita Nickel
Jakarta

Dua bahan baku pembuat baterai mobil listrik, yakni Lithium Ferro Phosphate (LFP) dan nikel tengah menjadi perbincangan usai disinggung saat debat keempat pemilihan presiden (Pilpres) 2024 lalu. Nama Tom Lembong pun turut disebut-sebut oleh calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka saat menyindir Cawapres kompetitornya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Gibran menyebut Timnas Amin melakukan kebohongan publik. Menurut Gibran, Tesla menggunakan baterai berbahan baku nikel, bukan LFP.

"Ini agak aneh ya, yang sering ngomong LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya nggak paham LFP itu apa, kan aneh. Sering bicara 'LFP, LFP, Lithium Ferro Phosphate, Tesla nggak pakai nikel'. Ini kan kebohongan publik. Mohon maaf, Tesla itu pakai nikel pak," kata Gibran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat ramainya topik tersebut, mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi turut buka suara. Melalui unggahan video di akun TikTok pribadinya, Lutfi membeberkan soal keunggulan nikel dibandingkan LFP hingga pendapatan ekspor nikel.

Secara tidak langsung, pernyataannya tersebut berseberangan dengan sudut pandang Tom Lembong yang juga sempat menjabat sebagai Mendag. Lantas apa saja silang pendapat antara kedua mantan Mendag ini?

1. Produsen Mobil Listrik Banyak Beralih dari Nikel ke LFP

Dalam sebuah podcast Total Politik yang disiarkan di YouTube, Tom Lembong menyebut produsen mobil listrik mengganti pilihan bahan baku baterai yang semula nikel menjadi LFP, salah satunya produsen mobil listrik Tesla. Dia menjelaskan mobil listrik Tesla yang di China sudah mengganti bahan baku baterainya menjadi LFP.

"Mereka mencari opsi lain, mereka bikin formulasi bahan baterai yang tidak menggunakan nikel. Jadi, 100% mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt. Jadi, baterainya namanya LFP, pakai besi, pakai fosfat," kata Tom Lembong, dikutip Selasa (23/1/2024).

Sementara itu, Muhammad Lutfi mengatakan produsen mobil listrik masih banyak menggunakan baterai yang komponennya nikel. Hal ini karena mobil listrik yang menggunakan baterai nikel dapat lebih tahan lama karena daya listriknya yang lebih tinggi.

"Tapi lu tahu nggak? Kalau nikel masih menjadi baterai pilihan produsen mobil listrik. Kenapa? Karena nikel itu lebih energi dense. Bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga jadi mobil Tesla-nya bisa pergi lebih jauh sekali charge," kata Lutfi dalam unggahan video di akun TikTok pribadinya, dikutip Selasa (23/1/2024).

Dia juga merujuk pada data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukan pada tahun 2022, penggunaan nikel tetap menjadi komponen baterai listrik terbesar dengan pangsa pasar sebesar 60%. Sedangkan penggunaan baterai LFP pada mobil listrik hanya sebesar 27% pada tahun 2022.

2. Pendapatan Nikel Rendah


Pada podcast yang sama, Tom Lembong memperkirakan terjadi kelebihan pasokan nikel global pada tahun 2025 karena gencarnya pembangunan pabrik smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian) di Indonesia. Dengan begitu, harga nikel di pasar global anjlok.


"Diprediksi tahun depan akan terjadi surplus stock nikel dunia terbesar sepanjang sejarah. Jadi, dengan begitu gencarnya bangun smelter di Indonesia kita membanjiri dunia dengan nikel. Akhirnya, harga jatuh terjadi over supply," kata Tom Lembong, dikutip Selasa (23/1/2024).

Sedangkan, Lutfi menilai justru pendapatan nikel mengalami peningkatan sebesar lima kali lipat sejak 2015 dengan pendapatan ekspor lebih dari Rp 500 triliun.

"Tapi katanya ada yang bilang kalau pendapatan nikel dari penjualan itu rendah ya? 2015 aja peningkatan pendapatan ekspor ke Indonesia sudah meleset 5 kali lipat dengan angka lebih dari Rp 500 triliun," katanya.

Apabila Indonesia terus melanjutkan hilirisasi nikel, dia optimistis pendapatan nikel dalam negeri akan terus meningkat. Menurutnya, pemanfaatan hilirisasi nikel tidak hanya dapat memperkuat perekonomian, tapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri energi bersih.

"Dengan pemanfaatan hilirisasi nikel, tidak hanya memperkuat ekonomi kita, tapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri energi bersih. Terkadang kita rela melalui beribu-ribu pulau untuk mencari harta karun, tapi sebenarnya kita nggak sadar kalau harta karun itu ada di bawah kaki kita selama ini," jelasnya.

Saksikan Live DetikPagi:

(rrd/rir)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.