Note

Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas

· Views 38
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Penurunan harga nikel yang berkepanjangan mulai memberikan dampak negatif bagi para produsen nikel global.

Harga nikel berjangka kembali melanjutkan penurunan 0,22 persen pada perdagangan pekan ini (22/1/2024) di level USD15.765 per ton. Dalam sebulan, harga nikel sudah turun 3,16 persen di bawah USD16.000 per ton.

Baca Juga:
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas Harga Nikel Dunia Makin Tertekan, Dampak Kelebihan Pasokan dari Indonesia

Di tengah penurunan harga nikel, publik kini dihebohkan dengan perdebatan penggunaan baterai lithium ferro-phosphate (LFP) yang lebih banyak dibanding penggunaan nikel sebagai komponen dalam baterai mobil listrik.

Hal ini diungkapkan dalam debat Calon wakil presiden (Cawapres) 2024 seri keempat yang bertema, "Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa," di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024).

Baca Juga:
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas Harga Anjlok, Tambang Nikel Australia Berhenti Operasi

Paslon cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sempat melontarkan pertanyaan terkait baterai LFP untuk mobil listrik kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar.

Alih-alih nikel, Data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan penggunaan LFP untuk mobil listrik memang hanya 27 persen pada 2022. Namun, cakupan penggunaan ini naik signifikan dari 7 persen pada 2018.

Baca Juga:
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas Outlook Komoditas 2024: Nikel dan Minyak Masih Suram, Emas Bisa Berkilau

Sementara penggunaan nikel untuk komponen baterai mobil listrik masih sebesar 66 persen di tahun yang sama. Namun, cakupan baterai berkandungan nikel tinggi turun dari 78 persen dan menunjukkan pangsa pasar LFP terus meningkat sementara penggunaan nikel memang tren turun.

Bahkan, pabrikan mobil listrik asal China, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50 persen dari total permintaan baterai tersebut, diikuti Tesla yang berkontribusi sebesar 15 persen dari total permintaan. Penggunaan LFP Tesla juga meningkat dari 20 persen dari total mobil yang diproduksi pada 2021 menjadi 30 persen pada 2022.

Saham Nikel Turun

Saham emiten nikel hari ini juga ditutup merah pada perdagangan Selasa (23/1/2024). Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun paling tajam 4,35 persen di level Rp660 per saham. Emiten nikel lainnya, PT PAM Mineral Tbk (NICL) juga anjlok 3,77 persen di level Rp204 per saham. Selanjutnya, saham emiten PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) turun 2,83 persen di level Rp103 per saham.

Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga anjlok 2,48 persen di level Rp3.940 per saham. Sementara saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) turun 1,56 persen di level Rp945 per saham.

Saham MBMA di awal 2024 menguat 22,22 persen secara bulanan, sementara saham NICL dalam sebulan tertekan 2,86 persen. Adapun saham INCO sudah turun 7,29 persen dalam sebulan. Saham DKFT juga turun 8,85 persen dalam sebulan terakhir. Sementara saham NCKL tertekan 5,97 persen sebulan.

Menurut riset Stockbit, harga nikel yang diperkirakan masih tertekan pada tahun ini akan menjadi tantangan bagi profitabilitas perusahaan pertambangan nikel.

“Dalam kondisi ini, emiten dengan operasional yang efisien dan struktur biaya rendah akan cenderung lebih kebal dari dampak negatif penurunan harga nikel. Adapun salah satu faktor yang dapat membuat biaya produksi emiten lebih rendah adalah wilayah operasional yang terintegrasi,” tulis riset Stokbit, Senin (22/1).

Produsen Australia Pangkas Produksi

Imbas penurunan harga nikel ini juga disertai dengan berita kurang mengenakkan dari Australia. Melansir Stockbit Sekuritas, beberapa produsen nikel, khususnya di Australia memutuskan untuk menutup sementara tambang mereka, sementara yang lain mengumumkan akan mengevaluasi ulang proyeknya.

Wyloo Metals mengumumkan akan  menutup sementara operasi tambang nikel di Kambalda, Australia pada akhir Mei 2024 imbas rendahnya harga nikel. Pengumuman ini hanya berselang 6 bulan setelah Wyloo Metals mengakuisisi tambang tersebut senilai 760 juta dolar AS.

Perusahaan nikel lainnya, BHP Group mengumumkan sedang mengevaluasi ulang bisnis nikelnya. Menurut laporan Reuters, BHP kemungkinan perlu menunda proyek nikel senilai 1,2 miliar dolar AS di West Musgrave, Australia. BHP mengatakan bahwa mereka sedang mencari opsi untuk memitigasi dampak penurunan tajam harga nikel dan akan memberikan rincian lebih lanjut dalam laporan tengah tahun pada 20 Februari 2024.

Ada juga First Quantum Minerals yang mengumumkan akan memangkas jumlah pekerja dan produksi di tambang Ravensthorpe, Australia imbas penurunan harga nikel yang signifikan.

Allan Ray Restauro, analis BloombergNEF menyebutkan bahwa  proyek nikel Indonesia lebih fleksibel dalam menyerap dampak penurunan harga nikel. Sebab, produksi nikel di Indonesia didukung oleh biaya tenaga kerja yang murah, harga energi yang rendah, serta bahan baku yang melimpah.

Sementara itu, jika tren pemangkasan produksi berlanjut ke produsen-produsen nikel global lainnya, hal ini berpotensi mengurangi suplai dan mendukung harga nikel ke depannya.

Halaman : 1 2

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.