Note

Nikel RI Banjiri Pasar Global, Produsen Australia Menjerit

· Views 29
Nikel RI Banjiri Pasar Global, Produsen Australia Menjerit
Foto: Dok. Harita Nickel
Jakarta

Produsen nikel Australia mulai terpukul karena pasokan nikel Indonesia ke pasar global. Sejumlah analis mengatakan bahwa hal itu membuat harga nikel rendah dan permintaan menurun. Berbagai perusahaan pertambangan terkemuka, salah satunya BHP Group, disebut harus memikirkan ulang strategi bisnisnya tahun ini.

Nikel adalah salah satu bahan utama untuk membuat baterai pada kendaraan listrik. Logam tersebut dapat meningkatkan kepadatan energi agar mobil dapat berjalan lebih jauh dengan sekali pengisian daya. Namun, para produsen Australia disebut terhimpit dengan kemunculan Indonesia sebagai salah satu negara yang kuat di sisi pasokan dan permintaan nikel. Akibatnya, harga komoditas nikel pun menurun 40% dalam satu tahun terakhir menjadi US$ 16.000 atau Rp 250 juta (kurs Rp 15.644) per ton.

"Tantangan yang dihadapi banyak produsen nikel sepertinya tidak akan mereda dalam waktu dekat. Kami bersikap bearish (melihat harga turun dalam jangka panjang) terhadap komoditas ini dan cukup berhati-hati terhadap aset dan produsen," kata Analis firma finansial global UBS, Lachlan Shaw dikutip Reuters, Rabu (17/1/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BHP pun adalah salah satu perusahaan pertambangan besar yang menjadikan nikel sebagai komoditas utama untuk strategi ramah lingkungannya. Pada 2021, perusahaan multinasional itu menandatangani kesepakatan untuk memasok nikel Australia ke produsen mobil Amerika Serikat, Tesla.

Tapi, pendapatan bisnis nikel BHP merosot pada 2023, jumlahnya turun 61% dari tahun dari 2022 menjadi hanya US$164 juta atau Rp 2,5 triliun. Pendapatan divisi nikel BPH berkontribusi kurang dari 1% pendapatan keseluruhan BPH.

"Kami bekerja keras untuk tetap kompetitif secara global dalam lingkungan operasional yang sangat sulit. Biaya telah meningkat tajam dan terus meningkat sementara harga telah turun seiring dengan masuknya pasokan baru ke pasar," kata Presiden BHP Nickel West Asset, Jessica Farrell, dalam keterangan resmi.

Jessica menjelaskan perusahaan sedang berupaya mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Untuk operasi nikelnya di Australia Barat, BHP pun diketahui sedang mengkaji berbagai opsi untuk memperbaharui pabrik smelter nikel secara besar-besaran sekaligus memperluas tambangnya. BHP disebut akan mengakuisisi tambang nikel West Musgrave dari Oz Minerals dengan nilai transaksi US$ 6,4 miliar atau Rp 100 triliun.

BHP bertaruh besar. Mereka masih percaya penggalian cadangan nikel sulfida di Australia beresiko rendah akan menarik keuntungan lebih banyak. Sebab, sumber daya yang digunakan perusahaan untuk mengekstraksi logam tersebut diyakini lebih sedikit dibandingkan cadangan bijih nikel laterit yang ditemukan di Indonesia.

Namun di tengah situasi yang terjadi, analisis Barren Joey, Glyn Lawcock, menilai bahwa BHP harus menunda akuisisi West Musgrave sampai pasar pulih. Glyn mengatakan, meningkatnya penggunaan baterai lithium iron phosphate (LFP) tidak menjamin BHP akan menguasai 100% pasar nikel.

Pasalnya, konsumen cenderung membeli mobil dengan harga lebih murah, pemerintah pun dapat merubah kebijakan pengadaan baterai mobil listrik yang lebih ramah lingkungan. LFP sendiri banyak digunakan di China karena baterai berbahan kimia tersebut dapat diproduksi lebih murah, yang notabene membuat harga kendaraan listrik lebih terjangkau.

"Ini akan menjadi keputusan besar bagi BHP tahun ini," kata Lawcock.

BPH pun tidak sendirian. Perusahaan pertambangan Wyloo Metals, diketahui membeli pertambangan nikel Mincor seharga US$ 504 juta atau Rp 7,8 triliun pada 2023 . CEO Wyloo Metals Luca Giacovazzi, mengaku masih percaya terhadap potensi jangka panjang dan fundamental nikel Australia.

"Industri memerlukan mekanisme penetapan harga yang lebih tepat dan transparan, yang membedakan antara nikel bersih dan nikel kotor, sehingga konsumen dapat yakin bahwa kendaraan listrik mereka benar-benar
pilihan yang lebih baik bagi lingkungan," kata Giacovazzi.

Hingga saat ini lemahnya harga nikel diketahui memaksa produsen-produsen nikel di Australia melakukan penurunan nilai dan restrukturisasi. Salah satunya adalah First Quantum, perusahaan asal Kanada ini diketahui baru saja memangkas jumlah produksi nikelnya.

(rrd/rir)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.