Note

Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS)

· Views 34
Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS)
Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS) (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) diyakini tidak akan tinggal diam terkait transaksi LNG dengan Gunvor Singapore Ltd, yang oleh sebagian pihak dikhawatirkan bakal membuat anak usaha Pertamina Group tersebut merugi.

Terlebih, sebagai Sub holding Gas di bawah kendali PT Pertamina (Persero), PGAS memiliki pengalaman dan akses ke pasar LNG, baik domestik maupun international, untuk mendapatkan pasokan gas alam cair tersebut.

Baca Juga:
Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS) PGN (PGAS) Gandeng Surge (WIFI) Kembangkan Bundling Jaringan Gas dan Internet

Menurut Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, ada banyak informasi yang perlu dicermati oleh investor terkait dengan isu PGN dan Gunvor yang muncul belakangan ini. Salah satunya terkait potensi kerugian PGN yang disebut-sebut sangat besar tersebut.

"Hingga saat ini kita belum terinformasi secara resmi berapa nilai kontrak penjualan LNG dari PGN kepada Gunvor. Tapi saya meyakini bahwa potensi kerugian yang banyak dispekulasikan di pasar modal itu tidak mencerminkan angka yang sesungguhnya," ujar Marolop, Jumat (22/12/2023).

Baca Juga:
Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS) PGN (PGAS) Siapkan 23 Titik Posko Nataru, Pastikan Layanan Pelanggan Berjalan Lancar

Marolop menjelaskan, jika kontrak penjualan LNG antara PGAS dengan Gunvor bernilai 100, maka tentu pihak PGAS akan mati-matian untuk mendapatkan pasokan LNG tersebut, berapapun harganya. Dengan begitu, perusahaan tidak akan merugi hingga 100 persen. 

Namun, Marolop juga menilai bahwa PGAS tetap berpotensi mengalami kerugian dari transaksi dengan Gunvor. Dicontohkannya, untuk memenuhi kontrak penjualan tersebut, bisa jadi PGAS mendapatkan pasokan LNG di harga yang lebih tinggi.

Baca Juga:
Kontrak LNG Dengan Gunvor Diyakini Bakal Perkuat Portofolio PGN (PGAS) PGAS-WIFI Bundling Jaringan Gas dan Internet

"Yang namanya bisnis, apalagi di sektor migas yang tidak bisa diprediksi fluktuasi harganya, kerugian itu adalah bagian dari risiko bisnis," tutur MArolop.

Dikatakan Marolop juga, bahwa kontrak jual beli gas selalu berdimensi jangka panjang, Sehingga tidak bisa mengukur untung rugi sebuah kontrak hanya dalam satu tahun kalender.

Karena itu, Marolop menyatakan bahwa untuk dapat menilai secara obyektif, maka harus dilihat dulu sampai dengan kontrak tersebut berakhir.

Sebagai perusahaan milik pemerintah, PGAS memiliki fundamental bisnis yang kuat dan menjadi agregator bisnis gas bumi di Indonesia. Strategi PGN untuk memperluas portofolio dengan masuk ke bisnis LNG sudah sangat tepat. 

"Era gas pipa akan terus menurun, mengingat produksi gas bumi di bagian Barat Indonesia terus berkurang. Sementara eksplorasi dan produksi migas di Indonesia bagian Timur terus meningkat dan hanya efisien jika proses distribusinya dijadikan LNG. Inilah yang akan menjaga bisnis PGN tetap kuat di masa depan," ungkap marolop.

Sebagai subholding gas, tambah marolop, PGAS memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan energi nasional. Itu sebabnya, PGAS menggelar berbagai langkah untuk meningkatkan kinerja dan optimalisasi portofolio dalam jangka panjang. 

Salah satunya adalah melakukan revitalisasi Tangki Arun F-6004 untuk pemanfaatan Arun sebagai LNG Hub. Melalui revitalisasi tersebut, kilang LNG Arun nantiya akan menjadi LNG receiving and hub terminal berkelas dunia.

Di lain pihak, PGAS juga tengah menyiapkan bisnis clean and renewable energy melalui proyek biomethane plant development. Upaya dekarbonisasi kelapa sawit tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.

Untuk memenuhi pasokan dalam jangka panjang, PGN baru saja meneken Perjanjian Jual-Beli Gas (PJBG) dengan Medco E&P Grissik Ltd (MEPG) yang bersumber dari Blok Corridor, Sumatera Selatan.

Melalui kontrak berjangka waktu lima tahun ini, PGAS akan memperoleh volume sebesar ± 410 BBTUD sejak jelang akhir Desember 2023 dan selanjutnya volume yang dialirkan akan menyesuaikan kemampuan produksi dari Blok tersebut.

Dalam kesempatan terpisah, Pakar sekaligus praktisi migas, Hadi Ismoyo, mengamini bahwa fluktuasi harga merupakan makanan sehari-hari di industri migas.

Karenanya, rencana mitigasi biasanya dilakukan melalui kontrak jangka panjang dan mengamankan dari dua sisi, yakni sumber gas dan pasar gas di sisi hilir.

Untuk lebih aman, kadang dibuat sistem basket yang memungkinkan penjual memiliki kontrak dari berbagai sumber gas sehingga bisa melayani pembeli dengan lebih fleksibel. 

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Alumni Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menilai, manajemen PGAS semestinya mampu mengantisipasi fluktuasi harga migas dengan pengetahuan dan jaringan yang dimilikinya.

Kalau pun PGAS mengalami kerugian akibat memperoleh gas dengan harga beli yang lebih tinggi dibandingkan harga jual, menurut Hadi, hal itu merupakan hal yang wajar. Dengan catatan, seluruh mitigasi risiko dengan seluruh sumber daya dan jaringan yang dimiliki memang telah dilakukan. 

Dalam persoalan kontrak antara PGAS dengan Gunvor, Hadi mengatakan, perlu diteliti kembali apa penyebab masalahnya. Yang jelas, para pihak perlu kembali duduk bersama untuk berunding dan mencapai solusi terbaik bagi semua pihak. Pemerintah sebagai pemegang saham akhir PGAS diharapkan juga bisa membantu memberi solusi. 

"Di tangan Pemerintah saat ini masih ada kesempatan untuk memasarkan LNG dari Tangguh Train 3, LNG Masela, LNG Kasuari Block, dan Gas Pipa dari Corridor. Tentu perlu dicari term condition yang cocok agar bleeding denda di sisi PGN bisa berkurang meski kerugian tidak mungkin dinolkan," tutur Hadi.

Lebih jauh, Hadi mengatakan, langkah PGAS mengembangkan bisnis LNG merupakan hal yang tepat dan wajib didukung. Apalagi, pasar LNG di dalam negeri terbuka lebar.

Meski pasar luar negeri tengah tertekan, PGAS bisa fokus untuk menggarap pasar dalam negeri dalam rangka mengurangi penggunaan LPG dengan membangun infrastruktur gas yang terintegrasi, masif, dan agresif.

“NKRI sudah sepakat, bahwa transisi energi menuju renewable sampai 2060 adalah gas. Kita punya resources gas yang cukup di Indonesia Timur dan Ujung Barat Aceh. Artinya kebijakan gas sebagai transisi sudah tepat,” pungkas Hadi. (TSA)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.