Harga Minyak Bertenaga di Awal Pekan, Kelebihan Pasokan Bayangi Outlook 2024

IDXChannel - Harga minyak mentah berjangka bertenaga di awal pekan, Senin (18/12/2023). Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,46 di level USD71,75 per barel, sedangkan Brent menguat 0,53 persen di level USD76,96 per barel.

Kedua benchmark minyak utama dunia ini melanjutkan kenaikan dari minggu lalu karena penurunan ekspor dari Rusia dan serangan baru-baru ini terhadap kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah meningkatkan kekhawatiran pasokan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Baca Juga:

Saham WIKA Digembok Usai Molor Lunasi Sukuk, 61 Ribu Investor Nyangkut

Rusia mengatakan pada akhir pekan bahwa mereka akan memperdalam pengurangan ekspor minyak pada bulan Desember setidaknya 50.000 barel per hari karena bertujuan untuk mendukung harga minyak.

Baca Juga:

9 Daftar Saham dengan PBV Tertinggi dan PER yang Meroket, Tertarik?

Negara Beruang Merah ini baru-baru ini juga menangguhkan sekitar dua pertiga pemuatan minyak mentah kelas ekspor utama Ural dari pelabuhan karena badai dan pemeliharaan terjadwal.

Sementara itu, serangan militan Houthi di Yaman terhadap kapal komersial di Laut Merah meningkat selama akhir pekan. Kondisi ini mendorong jalur pelayaran peti kemas terbesar di dunia menghindari Terusan Suez.

Baca Juga:

Banyak Perbankan, Intip 7 Saham yang 20 Tahun Konsisten Bagi Dividen

Di tempat lain, investor terus menilai prospek kebijakan ekonomi dan moneter global yang dapat berdampak besar terhadap permintaan energi di masa depan.

Ancaman Kelebihan Pasokan dan Outlook 2024

Sebelumnya, investor minyak sempat dilanda kekhawatiran terkait kelebihan pasokan, melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat memicu volatilitas harga minyak menjelang 2024.

Tahun ini, Brent berada di kisaran USD80 per barel, tertekan pasca sempat menembus harga USD100 pada 2022 akibat pasokan Rusia terganggu akibat perang dengan Ukraina.

Harga minyak tahun ini dibatasi oleh kuatnya dolar dan produksi non-OPEC, meskipun permintaan mencapai lebih dari 100 juta barel per hari (bph) dan menjadi titik tertinggi sepanjang masa.

Menurut konsultan Rystad Energy, J.P. Morgan, Kpler dan Wood Mackenzie, pasokan pada 2024 diperkirakan tumbuh antara 1,2 juta dan 1,9 juta barel per hari, didorong oleh produsen non-OPEC.

"Kami memperkirakan pasar mengalami kelebihan pasokan pada setiap kuartal di tahun depan," ujar ahli strategi energi global di Macquarie, Vikas Dwivedi.