Note

The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen

· Views 44
The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen
The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (14/12/2023) seiring bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga pada pertemuan teranyar.

Per pukul 10.12 WIB, rupiah menguat 1,12 persen ke level Rp15.479 per USD, membalik pelemahan sejak 5 Desember lalu.

Baca Juga:
The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen The Fed Tahan Suku Bunga, Bursa Asia Pesta Pora  

Sedangkan, Indeks dolar (DXY) melemah 0,29 persen ke psosisi 102.57.

Hal itu terjadi setelah The Fed, pada pertemuan FOMC, Rabu waktu AS (13/12), kembali menahan suku bunga untuk kali ketiga beruntun dan memperkirakan bahwa bank sentral tersebut akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun mendatang.

Baca Juga:
The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen The Fed Beri Sinyal Mulai Pangkas Suku Bunga di 2024

Dalam pernyataannya, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, seperti yang diharapkan, dan 17 dari 19 pejabat bank sentral itu dengan suara bulat memperkirakan kebijakan suku bunga akan lebih rendah pada akhir 2024.

The Fed sejak Maret 2022 telah menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin sebagai upaya mengendalikan inflasi.

Baca Juga:
The Fed Dovish, Rupiah Menguat Tajam Lebih dari 1 Persen Inflasi AS Mereda, The Fed Kembali Tahan Suku Bunga

“Pernyataan tersebut memberi tahu kita bahwa The Fed sedang melihat apa yang sudah mulai diabaikan oleh pasar, bahwa inflasi akan kembali normal tanpa resesi,” kata Tom Martin, manajer portofolio senior di Globalt Investments di Atlanta.

"Kami berharap hal ini akan terjadi, tapi kami tidak menyangka akan terjadi,” sambungnya.

Brad Bechtel, kepala valuta asing global di Jefferies di New York berpendapat, mata uang negara-negara berkembang (EM) di Asia “akan terus diperdagangkan dengan kuat. Namun kita akan melihat apakah bank sentral akan mendukung dolar di sana untuk mengurangi volatilitas,” katanya dikutip dari Bloomberg News, Kamis (14/12).

Bechtel menambahkan, won Korea, dolar Taiwan akan “mengalami reli paling besar” sementara rupee India, peso Filipina, dan yuan Tiongkok secara umum akan lebih mendapat dukungan, katanya.

Mirip dengan Becthel, Brendan McKenna, ahli strategi pasar berkembang di Wells Fargo di New York menjelaskan, sebagian besar negara-negara berkembang di Asia memiliki kinerja yang baik.

“Namun, menurut saya mata uang yang memiliki kinerja lebih baik adalah peso Filipina, won Korea, dan rupiah Indonesia. Mata uang yang diasosiasikan dengan perekonomian yang terintegrasi ke dalam perekonomian global dan yang suku bunganya kemungkinan besar tidak akan turun dalam waktu dekat,” pungkas McKenna, dilansir dari Bloomberg News. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.