Note

Laba Gudang Garam (GGRM) Melesat di Tengah Persaingan Ketat dan Daya Beli Turun

· Views 54
Laba Gudang Garam (GGRM) Melesat di Tengah Persaingan Ketat dan Daya Beli Turun
Laba Gudang Garam (GGRM) Melesat di Tengah Persaingan Ketat dan Daya Beli Turun

IDXChannel - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berhasil membukukan kenaikan laba bersih selama sembilan bulan pertama 2023 dibandingkan periode yang sama 2022. Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp4,45 triliun. 

Adapun pendapatan penjualan tercatat Rp81,75 triliun, turun 13% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp93,92 triliun. Kendati demikian, perseroan berhasil memangkas biaya pokok penjualan sebesar 18,4% menjadi Rp70,33 triliun dari Rp86,23 triliun. 

Baca Juga:
Laba Gudang Garam (GGRM) Melesat di Tengah Persaingan Ketat dan Daya Beli Turun Pendapatan Turun, Laba Gudang Garam (GGRM) Malah Terbang 197 Persen

Laba kotor tercatat naik 48,5 persen menjadi Rp11,42 triliu dari Rp7,69 triliun. Sementara laba bersih melesat 197,6% menjadi Rp4,45 triliun dari capaian sembilan bulan  tahun lalu sebesar Rp1,5 triliun. 
 
Pencapaian tersebut diraih di tengah persaingan pasar yang ketat dan turunnya volume penjualan industri rokok sebesar 8,7% (berdasarkan riset pasar Nielsen), yang disebabkan naiknya harga jual rokok sementara daya beli konsumen masih tertekan. 

Selain itu, konsumen cenderung beralih ke produk yang lebih murah, khususnya kategori sigaret kretek tangan (SKT) dan produk rokok produsen kecil, yang cukainya jauh lebih rendah.

Baca Juga:
Laba Gudang Garam (GGRM) Melesat di Tengah Persaingan Ketat dan Daya Beli Turun Inilah Sejarah dan Profil GGRM, Salah Satu Perusahaan Rokok Terbesar di Indonesia

"Gudang Garam menyediakan produk berkualitas tinggi yang beragam untuk memenuhi permintaan pasar, dan mempunyai pangsa pasar yang besar di kategori sigaret kretek mesin (SKM), yang juga merupakan segmen terbesar di industri rokok Indonesia," tulis GGRM dalam keterangan resminya, Kamis (30/11/2023).

Peningkatan harga jual telah membantu perseroan mengejar kenaikan cukai yang tinggi secara berturut-turut sejak 2020. Kenaikan cukai ini terjadi di saat Indonesia terdampak Covid-19, di mana diterapkan pembatasan sosial dan mengakibatkan berkurang/hilangnya lapangan pekerjaan.

Kenaikan harga jual yang lebih tinggi dan lebih sering dilakukan sejak paruh kedua 2022 membantu perseroan dalam memperbaiki marjin laba bruto dari 8,2% pada 2022 menjadi 14% pada 2023, dan marjin laba dari 1,6% pada 2022 menjadi 5,5% pada 2023. 

Namun, volume penjualan mengalami penurunan sebesar 25,1% yang mencerminkan kondisi daya beli konsumen yang stagnan. Sementara itu, total aset GGRM meningkat 3,6% menjadi Rp86,67 triliun terutama disebabkan oleh peningkatan aset tetap. 

Total liabilitas turun 2,1% menjadi Rp26,67 triliun, yang disebabkan oleh penurunan utang cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) sebesar Rp4,046 triliun seiring dengan penurunan volume penjualan, serta peningkatan pinjaman jangka pendek sebesar Rp4,737 triliun sejalan dengan kebutuhan pendanaan perseroan.

GGRM secara konsisten mengelola utang secara bijaksana dan menjalin hubungan yang baik dengan perbankan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Perseroan memiliki kapasitas produksi, tingkat persediaan bahan baku, dan barang jadi yang memadai untuk memenuhi permintaan pasar.

Perseroan juga terus melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan, mencakup dukungan dalam bidang pendidikan, kegiatan sosial dan memberikan bantuan bagi komunitas di sekitar operasional perusahaan. 

Adapun pembangunan proyek Bandar Udara Dhoho terus berjalan pada 2023 dan diharapkan akan siap pakai pada 2024.

Sementara itu, setelah mengalami kenaikan cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) yang signifikan sebesar 26% pada 2020, 14% pada 2021, dan 15% pada 2022 (untuk kategori SKM), pada Desember 2022, pemerintah mengumumkan kenaikan cukai sekitar 11% untuk 2023 dan 2024 yang memberikan kondisi operasional relatif lebih berkepastian bagi produsen rokok.

Perseroan tetap waspada memasuki 2024, mengantisipasi persaingan yang terus berlanjut, sementara volume penjualan industri menurun karena daya beli konsumen yang tetap stagnan. 

Meski biaya bahan bakar dan makanan meningkat, inflasi sudah menunjukkan tanda-tanda perlambatan seiring dengan kenaikan suku bunga dan dengan penghapusan pembatasan sosial, sektor jasa menunjukkan pemulihan sebagaimana terlihat di sektor pariwisata.

"Meskipun tidak sepenuhnya terhindar dari dampak ketegangan global dan perlambatan perdagangan internasional, GGRM akan mendapatkan manfaat dari meredanya ketegangan tersebut mengingat posisi perseroan sebagai salah satu produsen terkemuka di sektor konsumen di pasar domestik terbesar di Asia Tenggara," tulis manajemen GGRM.

(RNA)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.