Note

Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah

· Views 35
Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah
Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham Asia melanjutkan kinerja beragam (mixed) pada perdagangan Rabu (22/11/2023). Pasar saham Asia sebagian besar merah pada hari ini, mengikuti kinerja Wall Street semalam.

Ini karena Wall Street bereaksi terhadap risalah rapat FOMC bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dalam menahan suku bunga

Baca Juga:
Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah IHSG Berpotensi Melemah, Cermati Saham Bank hingga Energi

Saham-saham di Korea Selatan, Hong Kong dan China daratan merah, sementara saham-saham Jepang dan Australia menghijau.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,42 persen setelah pada awal pekan mencatatkan kenaikan tertinggi sejak 1990. Sementara indeks TOPIX naik 0,57 persen pada pukul 8.41 WIB.

Baca Juga:
Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah BEI Pantau Gerak Saham Metro Realty (MTSM), Ini yang Terjadi

Di pasar China, Indeks Shanghai Composite turun 0,12 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong memerah 0,18 persen. Sedangkan, indeks KOSPI di Korea Selatan turun sebesar 0,58 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah

Baca Juga:
Respons Risalah FOMC The Fed, Bursa Asia Sebagian Merah Bergerak Liar, Saham PURI-SOTS hingga Waran SOTS-W Kena Suspensi

Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka merah, melemah 0,12 persen pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB. Indeks ASX 200 di bursa Australia naik tipis 0,1 persen.

Di bursa Wall Street, seluruh indeks ditutup merah pada perdagangan kemarin. Indeks Nasdaq ditutup melemah 0,57 persen setelah di hari sebelumnya sempat menguat 1,13 persen. Sementara Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,18 persen dan S&P 500 turun 0,19 persen.

Diketahui The Fed mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal pada level tertinggi dalam 22 tahun semalam (21/11). The Fed menahan suku bunga di kisaran 5,25 persen-5,5 persen untuk kedua kalinya berturut-turut pada pertemuan November.

Keputusan The Fed dipandang pasar mencerminkan fokus ganda para pengambil kebijakan dalam mengembalikan inflasi ke target 2 persen sambil menghindari pengetatan moneter yang berlebihan.

Para pengambil kebijakan menekankan bahwa tingkat pengetatan kebijakan tambahan akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga sebelumnya, jeda waktu yang terkait dengan pengaruh kebijakan moneter terhadap aktivitas perekonomian dan inflasi, serta perkembangan perekonomian dan pasar keuangan.

Selama konferensi pers, ketua The Fed, Jerome Powell mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga satu kali lagi pada tahun ini mungkin tidak lagi akurat.

Dia juga menyatakan FOMC belum membahas penurunan suku bunga apa pun, sementara fokus utama tetap pada langkah bank sentral apakah perlu menerapkan kenaikan suku bunga tambahan.

Dilaporkan Asia Financial, indeks-indeks saham utama Asia kesulitan untuk menemukan momentum pada perdagangan Selasa meskipun meningkatnya harapan bahwa The Fed akan melakukan kampanye pengetatan yang panjang dan Beijing dilaporkan akan meluncurkan lebih banyak stimulus untuk sektor properti.

Saham-saham di kawasan ini sebelumnya sempat naik ke level tertinggi baru dalam dua bulan, mengambil isyarat dari reli di Wall Street sementara dolar melemah mendekati titik terendah dalam dua setengah bulan. Namun optimisme tersebut memudar seiring dengan berakhirnya hari perdagangan.

Rata-rata saham Nikkei Jepang berakhir sedikit lebih rendah, karena rebound yen terhadap dolar mendorong aksi jual saham-saham produsen mobil. Penguatan yen membebani eksportir karena merugikan nilai keuntungan luar negeri dalam yen.

Dari Beijing, saham properti China ditutup naik tajam pada perdagangan Selasa (21/11). Kenaikan ini di tengah harapan akan langkah-langkah kebijakan yang dilakukan Beijing terhadap sektor ini yang tertekan sejak akhir 2022 lalu.

Dilaporkan Bloomberg News, pihak berwenang China saat ini disebut sedang menyusun daftar pengembang yang memenuhi syarat untuk memperoleh pendanaan.

Regulator China dikabarkan sedang menyusun daftar 50 pengembang real estat yang memenuhi syarat untuk sejumlah pendanaan. Daftar tersebut mencakup Sunac China Holdings Ltd., China Vanke Co Ltd., Seazen Group Ltd., dan Longfor Group Holdings.

Saham Sunac China Holdings Ltd., salah satu pengembang properti utama di China mengalami kenaikan paling tebal mencapai 11,59 persen pada penutupan perdagangan hari ini. Pada sesi sebelumnya, saham Sunac sempat melonjak 20 persen. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.