Note

Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer

· Views 58
Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer
Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Ekonomi digital di Asia Tenggara dan Indonesia diramalkan akan tetap solid hingga 2030 nanti. Hal ini diungkapkan oleh hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy SEA 2023.

Riset tersebut mengungkapkan, ekonomi digital Asia Tenggara dalam perjalanannya menuju profitabilitas, mencapai pendapatan USD100 miliar pada tahun 2023.

Baca Juga:
Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer Laporan Ekonomi Digital Google-Temasek: Investasi Startup Turun, Permintaan Pinjol Naik

Segmen ekonomi digital yang mencakup e-commerce, perjalanan, transportasi, dan media bahkan menyumbang pendapatan sebesar USD70 miliar. Gross Merchandise Value (GMV) di kawasan ini juga diperkirakan masih tumbuh sebesar 11 persen menjadi USD 218 miliar pada tahun ini.

Segmen perjalanan dan transportasi berada di jalur yang tepat untuk melampaui tingkat pertumbuhan sebelum pandemi tahun depan, sementara segmen e-commerce menunjukkan ketahanannya.

Baca Juga:
Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer Ekonomi Digital Indonesia Siap Capai GMV Rp1,7 Kuadriliun di 2025

Secara khusus, ekonomi digital Indonesia diramalkan mencapai GMV sekitar USD110 miliar pada tahun 2025. Prediksi ini dikeluarkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan e-Conomy SEA 2023.

Selama beberapa tahun terakhir, ekonomi digital Indonesia bertumbuh stabil dan diperkirakan akan mencapai GMV USD82 miliar pada 2023 atau tumbuh 8 persen year-on-year.

Baca Juga:
Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer Google: Indonesia Siap Jadi Ekonomi Digital Asia Tenggara Pertama 

Meski demikian, sejumlah tantangan masih menjadi momok bagi pertumbuhan ekonomi digital RI. Kinerja startup digital di Indonesia yang semakin minim pendanaan dan sulitnya menuju profitabilitas menjadi tantangan di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi digital.

Tantangan Ekonomi Digital RI

Dua aspek yang menarik dari laporan Google adalah turunnya nilai investasi di industri digital dan peningkatan pinjaman digital atau yang lebih populer dengan sebutan pinjaman online (pinjol) di Asia Tenggara.

Berdasarkan laporan tersebut, jumlah investasi di bidang perusahaan rintisan (startup) dan ekosistem digital secara keseluruhan mengalami penurunan sepanjang tahun ini.

Pendanaan untuk startup di kawasan Asia Tenggara juga terus menunjukkan tren menurun setelah mencapai rekor tertinggi pada 2021. Laju pendanaan hanya mencapai USD4 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini di kawasan Asia Tenggara.

Sepanjang 2022, pendanaan private funding untuk startup mencapai USD22 miliar, juga menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai USD27 miliar. Jumlah kesepakatan investasi yang dibuat juga menurun drastis hanya mencapai 564 kesepakatan.

Penurunan pendanaan terjadi di semua tahap, di mana aliran kesepakatan tahap akhir menunjukkan perlambatan paling tajam. Diketahui dalam startup terdapat periode putaran pendanaan yang terdiri dari Early stage, Growth stage dan Late stage.

Dalam Early stage biasanya mencakup pendanaan Seed dan Series A. Di fase Growth stage ada series pendanaan Series B dan C, dan di sesi Late stage ada pendanaan Series D dan E. Nampaknya, tidak banyak startup di Asia Tenggara yang bisa bertahan hingga putaran pendanaan Late stage.

Laju pendanaan telah melambat juga karena biaya modal yang lebih tinggi. Suku bunga yang naik tajam beberapa waktu terakhir cukup membebani sektor teknologi dan para investornya.

Investor disebut tengah mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka, sementara para pemain startup digital ingin memperluas landasan pacu mereka dengan membelanjakan modal lebih efisien, demi kepentingan pertumbuhan jangka panjang yang lebih sehat.

Dari sisi potensi pengembangan, sektor layanan finansial digital rupanya memiliki potensi besar, termasuk untuk Indonesia.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa uang tunai bukan lagi raja sehingga mendorong adopsi pembayaran digital yang kemudian pada gilirannya mendorong GTV dan pertumbuhan pendapatan.

Di samping itu, pinjaman digital alias pinjol juga tumbuh pesat meskipun suku bunga pinjaman meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir.

Pinjaman online diperkirakan akan naik 29 persen pada 2030 nanti yang nilainya akan mencapai USD300 miliar dengan USD225 miliar penggunaan oleh konsumen dan USD75 miliar di antaranya untuk UMKM.

Sementara itu, segmen e-commerce disebut menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia. Penetrasi e-commerce diperkirakan akan bertumbuh di saat belanja konsumen juga akan meningkat bersama dengan pertumbuhan ekonomi secara umum.

GMV sektor ini diproyeksikan tumbuh 15 persen, dari USD62 miliar pada tahun 2023 menjadi USD82 miliar pada tahun 2025.

Di tengah dampak hambatan makro, ekonomi Indonesia diperkirakan akan bangkit dan mencapai USD110 miliar pada 2025, terutama didorong oleh sektor e-commerce. (Lihat grafik di bawah ini.)

 Awan Gelap Emiten Startup saat Ekonomi Digital Diramal Moncer

Kinerja Emiten Teknologi RI

Kinerja startup di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam dua tahun terakhir. Salah satunya adalah pendanaan sektor digital yang mengalami perlambatan di tengah ketidak pastian global.

Halaman : 1 2 3

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.