Note

Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini

· Views 61
Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini
Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi dalam perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (3/11/2023).

Mayoritas komoditas utama seperti minyak, batu bara, hingga emas, menghadapi tekanan harga dalam sepekan terakhir. Sementara, harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) mengalami penguatan terbatas.

Baca Juga:
Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini Saham Properti PWON hingga BSDE Hijau, Siap Melesat di Akhir 2023?

Berdasarkan data Trading Economics, batu bara mengalami tekanan harga paling dalam mencapai 13,04 persen dalam sepekan. Sementara harga minyak juga masih berada di kisaran harga di bawah USD90 per barel meskipung konflik antara Israel dan Palestina masih berkecamuk dan belum ada tanda-tanda mereda. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini

Baca Juga:
Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini Saham Konstruksi PTPP hingga ADHI Ramai-Ramai Melesat

Minyak

Minyak mentah berjangka WTI stabil di atas USD82 per barel pada perdagangan jelang akhir pekan Jumat, (3/11). Harga minyak Brent juga berada di kisaran USD87 per barel.

Baca Juga:
Kabar Komoditas, Batu Bara Anjlok 13 Persen sepanjang Pekan Ini Asing Masuk Lagi, Saham BBRI hingga BMRI Kompak Hijau

Namun harga minyak masih mengalami penurunan untuk minggu kedua berturut-turut di tengah ketidakpastian prospek permintaan global dan meredanya kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah akan mengganggu pasokan.

Awal pekan ini, data aktivitas manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan di Amerika Serikat (AS) dan China nampaknya lebih menakuti pasar ketimbang konflik di Timur Tengah. Lemahnya data PMI dua negara superpower tersebut mengaburkan prospek permintaan minyak di dua negara konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.

Meski demikian, investor juga terus memantau perkembangan geopolitik di Timur Tengah. Terbaru, Gedung Putih mengatakan pihaknya sedang menjajaki serangkaian jeda dalam konflik Israel-Hamas untuk membantu masyarakat keluar dari Gaza dengan aman dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk.

Sementara itu, harga WTI sempat melonjak 2,5 persen pada Kamis (2/11) karena pasar kembali mengkhawatirkan risiko suku bunga setelah keputusan kebijakan terbaru dari The Fed dan BoE yang memberi kesan bahwa bank sentral sudah selesai menaikkan suku bunga.

Di sisi pasokan, Arab Saudi diperkirakan akan mengkonfirmasi kembali perpanjangan pengurangan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga bulan Desember mendatang.

Emas

Emas menguat 0,04 persen di kisaran USD1.986 per troy ons dan menghentikan penurunan tiga hari. Kenaikan emas terutama diuntungkan oleh penurunan tajam dolar dan imbal hasil Treasury. Meski demikian, harga emas melemah 0,93 persen dalam sepekan terakhir.

Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS bertenor 10-tahun turun lebih dari 10bps menjadi 4,66 persen pada penutupan perdagangan Kamis (2/11), dan mencapai angka terendah dalam hampir dua minggu.

Sebelumnya, imbal hasil Treasury AS sempat mencapai all time high (ATH) sejak 2007 sebesar 5 persen pada akhir Oktober lalu, karena para investor tengah mencerna kebijakan moneter terbaru The Fed.

Penurunan yield Treasury AS dipengaruhi oleh sentimen The Federal Reserve AS yang mempertahankan suku bunga stabil untuk kedua kalinya dan mengisyaratkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga.

Selain itu, data ekonomi terbaru menunjukkan melemahnya pasar tenaga kerja AS, dengan klaim pengangguran awal yang mengalahkan ekspektasi untuk minggu kedua.

Sementara itu, di Eropa, BoE memperpanjang jeda pertemuan kedua namun menegaskan bahwa suku bunga harus tetap tinggi lebih lama.

Di Timur Tengah, risiko geopolitik terus mendukung harga emas batangan, ketika pasukan Israel membunuh komandan Hamas lainnya dalam serangan kedua mereka di kamp pengungsi Jabalia di Gaza.

CPO

Minyak sawit berjangka Malaysia melonjak ke level MYR3.780 per ton pada awal November 2023. Ini merupakan level tertinggi dalam dua minggu terakhir, didukung oleh tanda-tanda permintaan luar negeri yang kuat dan adanya hambatan baru dalam perdagangan.

Dalam sepekan, harga CPO menguat 0,48 persen di antara komoditas lainnya.

Surveyor kargo mencatat bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia naik 6,6 persen dan 8,9 persen sepanjang Oktober dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kuatnya aktivitas pembelian dari konsumen utama di Asia Tenggara.

Selain itu, kenaikan harga CPO juga didukung oleh keputusan Indonesia untuk memperpanjang kebijakan Kewajiban Pasar Domestik (DMO) hingga akhir 2024 untuk membatasi kenaikan harga domestik.

Keputusan tersebut memperpanjang periode pembatasan ekspor bagi produsen utama CPO dunia tersebut. Kondisi ini meningkatkan persaingan pengiriman ekspor CPO dengan Malaysia yang disebut semakin langka karena terganggunya pasokan.

Batu Bara

Sebulan terakhir nampaknya belum menjadi bulan yang menguntungkan bagi emas hitam. Batu bara berjangka Newcastle diperdagangkan di bawah USD135 per ton, tepatnya di level USD118 per ton.

Angka ini menjadi yang terendah dalam sebelas minggu, karena peningkatan produksi batu bara sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan listrik. Dalam sepekan, harga batu bara tertekan 13,04 persen.

Produksi batu bara China meningkat pada September sebesar 0,4 persen dibandingkan bulan Agustus sehingga mengurangi permitaan dari impor.

Angka produksi batu bara China mencapai tingkat tertinggi sejak bulan Maret setelah tindakan pembatasan aktivitas tambang dicabut menyusul kecelakaan tambang batu bara yang terjadi beberapa waktu lalu.

Output listrik berbahan bakar batu bara di China juga meningkat sebesar 2,3 persen tahun-ke-tahun (yoy) sepanjang September. Selain itu, permintaan listrik secara keseluruhan melonjak sebesar 9,9 persen dan melampaui ekspektasi.

Selain itu, impor batu bara China meningkat sebesar 27,5 persen pada September karena kenaikan harga batu bara dalam negeri, meningkatnya penggunaan industri, dan persediaan musiman menjelang cuaca dingin di China utara.

Ke depan, produksi batu bara diperkirakan akan terus meningkat pada kuartal keempat seiring dengan kembalinya operasional tambang.

Pada saat yang sama, permintaan batu bara China kemungkinan akan tetap tinggi selama Oktober hingga November seiring dengan persiapan perusahaan listrik untuk menghadapi musim dingin di akhir tahun. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.