Pendapatan Garuda (GIAA) Naik 48 Persen tapi Catat Rugi Rp1,1 Triliun
IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan rugi USD72,38 juta hingga kuartal III-2023. Jumlah tersebut setara Rp1,12 triliun (kurs konversi di laporan keuangan Rp15.526 per USD).
Realisasi rugi maskapai pelat merah itu berbalik dari posisi laba yang dicapai periode sama tahun sebelumnya mencapai USD3,7 miliar.
Sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan, Rabu (1/11/2023), performa ini membawa rugi per saham terpuruk di level USD0,00274, dari semula USD0,14294.
Perolehan ini berlangsung saat pendapatan usaha GIIA tumbuh 48,31 persen year onyear (YoY) mencapai USD2,23 miliar atau setara Rp34,67 triliun. Apabila dibandingkan pada kuartal III tahun lalu, pendapatan GIAA sebesar USD1,5 miliar.
Seluruh segmen terhitung mengalami pertumbuhan, antara lain aktivitas penerbangan berjadwal yang tumbuh pada tahun ini di angka USD1,72 miliar, kemudian penerbangan tidak berjadwal USD274,25 juta, hingga pendapatan lainnya USD234,91 juta.
Lantas mengapa GIAA bisa rugi?
Mengacu laporan keuangan, serangkaian beban mengalami peningkatan. Pos beban terbesar berasal dari ongkos operasional penerbangan yang mencapai USD1,13 miliar. GIAA mencatat terdapat kenaikan biaya bahan bakar dari semula USD544,2 juta menjadi USD695,18 juta, disusul peningkatan gaji tunjangan dan imbalan untuk karyawan.
Biaya operasional sewa dan charter pesawat juga meningkat menjadi USD83 juta dari USD50,14 juta. Demikian juga pengeluaran suku cadang mencapai USD66,72 juta, meskipun biaya pemeliharaan dan perbaikan turun di level USD10,49 juta dari USD18,55 juta.
Kendati perseroan mampu memangkas beban umum administrasi di level USD129,07 juta, sayangnya keperluan biaya bandara meningkat di tahun ini menjadi USD154,77 juta, yang utamanya berasal dari biaya pelayanan pesawat dan penerbangan.
Komisi penjualan tiket juga terlihat meningkat menjadi USD72,49 juta, dari USD35,09 juta, demikian pula beban reservasi di angka USD55,72 juta, sehingga menambah kenaikan total beban tiket, penjualan, dan promosi mencapai USD149,77 juta.
Ini juga belum ditambah kenaikan beban pelayanan penumpang, hingga aneka ongkos operasional pendapatan lain, termasuk hotel, transportasi, dan lainnya, plus beban keuangan yang segunung. Sehingga GIAA telah merugi secara operasional, yang terlihat dari rugi sebelum pajak mencapai USD103,05 juta.
Kondisi balance sheet
Pembukuan rugi akhir September tahun ini menggembungkan akumulasi kerugian yang ditanggung senilai USD3,75 miliar.
Nilai aset GIAA sedikit mengalami koreksi menjadi USD6,15 miliar, demikian juga dengan kewajiban utangnya (liabilitas) yang melandai tipis menjadi USD7,76 miliar.
Patut dicatat bahwa nilai aset yang lebih rendah dari utang membawa perusahaan mengalami defisiensi modal senilai USD1,61 miliar, lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai USD1,5 miliar.
Hingga akhir September 2023, kas yang digenggam hanya tersisa USD352,81 juta, berkurang sekitar USD176 juta dari awal tahun akibat sejumlah pengeluaran termasuk pembayaran liabilitas sewa, pinjaman bank, hingga keperluan untuk pemeliharaan pesawat.
(RNA)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.