Apa yang akan menyelamatkan yen?

Makin tinggi kuotasi USD/JPY naik, makin sering pasar mengingat kembali intervensi mata uang. Pasangan mata uang ini mendekati level signifikan 150 secara psikologis sangat mirip dengan peristiwa musim gugu 2022. Saat itu, Bank of Japan menghabiskan sekitar $60 miliar untuk menyelamatkan yen. Awalnya, hal tersebut tidak berhasil, tetapi keberuntungan datang kemudian. Hari ini, perasaan deja vu membatasi pergerakan bullish USD/JPY.

Sama seperti tahun lalu, para pejabat pemerintah berbicara tentang tidak diinginkannya fluktuasi nilai tukar yang tajam dan kesiapan mereka untuk melakukan intervensi di pasar Forex jika diperlukan. Mereka mengklaim memiliki semua alat untuk itu. Namun, ada satu pengecualian: volatilitas mata uang Jepang saat ini berada pada titik terendah sejak tahun 2019. Jika Tokyo lebih mengkhawatirkan fluktuasi nilai tukar daripada level USD/JPY tertentu, ini bukanlah waktu terbaik untuk melakukan intervensi.

Dinamika volatilitas nilai tukar USD/JPY

Namun, para investor masih gelisah, terutama karena makin dekatnya pertemuan Bank of Japan pada tanggal 31 Oktober. Imbal hasil obligasi lokal yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan keputusan yang tidak terduga oleh Dewan Gubernur untuk meninggalkan kendali atas suku bunga obligasi 10 tahun. Keputusan untuk memperluas kisaran target, pertama ke +/- 0,5% dan kemudian ke +/- 1%, terjadi di luar dugaan pasar, menyebabkan yen menguat terhadap mata uang utama dunia. Akankah sejarah terulang kembali pada akhir bulan kedua musim gugur? Tidak ada yang tahu, tetapi penting untuk tetap waspada.

Meskipun intervensi mata uang atau pengabaian kendali kurva imbal hasil dapat menyebabkan penurunan tajam pada USD/JPY, tren kenaikan masih akan tetap bertahan. Hal ini didorong oleh divergensi dalam kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi, serta kenaikan imbal hasil obligasi AS dibandingkan dengan Jepang.

Dinamika imbal hasil obligasi AS dan Jepang

Para pakar Bloomberg memperkirakan bahwa ekonomi AS akan berekspansi sebesar 4,5% pada kuartal ketiga dan aktivitas bisnis Amerika mengisyaratkan pertumbuhan PDB lebih lanjut. Di Jepang, di sisi lain, indeks manajer pembelian telah menurun selama lima bulan berturut-turut. Berada di bawah angka kritis 50 menandakan potensi resesi.

Pasar berjangka menilai peluang kenaikan suku bunga dana federal sebesar 29% pada bulan Desember dan 38% pada bulan Januari. Bahkan, jika siklus pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve telah berakhir, biaya pinjaman akan tetap berada pada tingkat 5,5% untuk waktu yang lama. Perbedaan yang signifikan dari suku bunga negatif semalam di Jepang telah membuat yen menjadi mata uang berkinerja buruk di antara mata uang G10. Sejak awal tahun, yen telah turun sekitar 13% nilainya terhadap dolar AS.

Tidak ada alasan untuk meragukan kekuatan tren naik dari sudut pandang teknikal. Tren ini mendapatkan momentum dan cukup mampu mendorong USD/JPY ke level 151,2 dan 153. Gunakan pullback menuju moving average dengan rebound berikutnya dari mereka untuk membentuk posisi beli.