Note

Dolar AS Gencet Rupiah hingga 'Berdarah-darah', Ternyata Ini Biang Keroknya!

· Views 62
Dolar AS Gencet Rupiah hingga 'Berdarah-darah', Ternyata Ini Biang Keroknya!
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta

Nilai tukar rupiah masih terus melemah terhadap dolar AS. Mata uang negeri Paman Sam bertengger di level nyaris Rp 16.000, tepatnya di Rp 15.930 pada penutupan perdagangan Senin (23/10).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan nilai tukar dolar AS menguat pesat karena didukung kebijakan kenaikan suku bunga tinggi yang terjadi dalam waktu lama di Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, kebijakan suku bunga higher-for-longer yang dipraktikkan bank sentral AS, The Federal Reserve membuat banyak arus modal kembali masuk ke AS, baik dalam bentuk pembelian obligasi pemerintah maupun mata uang dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita semua tahu fenomena global saat ini dengan Amerika Serikat yang hadapi inflasi yang cukup tertahan tinggi, dan kondisi ekonomi yang cukup kuat, mereka kemudian mengeluarkan signal atau paling tidak dibaca market, bahwa higher for longer itu akan terjadi dan ini yang sebabkan banyaknya capital flowing back to Amerika Serikat," ungkap Sri Mulyani usai melakukan rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (23/10/2023).

Menurutnya, kebijakan AS itu yang membuat dolar AS menguat, bahkan di luar prediksi BI. Sri Mulyani menjabarkan mata uang dolar AS menguat sampai 106 poin, jauh di atas prediksi BI di 93 poin.

Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menilai mata uang di seluruh Asia memang mayoritas sedang tergencet oleh dolar AS. Faktor penyebab utamanya adalah masih memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Perang antara Hamas-Israel belum menemui tanda-tanda mereda.

"Hari ini juga hampir semua mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap Dolar AS. Faktor penyebabnya adalah konflik geopolitik Hamas-Israel yang masih terus memanas, dan belum ada tanda-tanda mereda, menyebabkan harga minyak tetap tinggi," kata Edi kepada detikcom.

Lalu pemerintah bisa apa? Sri Mulyani mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus melakukan sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal. Pihaknya juga akan memantau ketat dampak nilai tukar terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Agar dalam situasi di mana pemacunya adalah negara seperti Amerika Serikat dampaknya ke ekonomi kita bisa dimitigasi dan diminimalkan. Baik terhadap nilai tukar, inflasi, maupun terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Itu yang terus kita lakukan insentif," pungkas Sri Mulyani.

BI akan mengawal ketat kondisi ini. Edi mengatakan intervensi pasar pasti akan dilakukan oleh pihaknya bila situasi makin gawat.

"Tentunya kami terus mengawal dengan masuk pasar baik di pasar spot maupun pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF)," beber Edi.

Analisis pengamat di halaman berikutnya.

Halaman 1 2
Selanjutnya

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.