Suku Bunga BI di Atas Ekspektasi Pasar, Saham Apa yang Perlu Disasar?

IDXChannek - Bank Indonesia (BI) secara tak terduga mengerek suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 bps pada Kamis (20/10/2023).

Keputusan tersebut melebihi ekspektasi pasar yang sebelumnya menduga bahwa BI Rate masih akan ditahan di level 5,75 persen.

Baca Juga:

IHSG Rawan Koreksi, Simak Saham-Saham Pilihan Berpotensi Cuan

Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 6 persen, dengan deposit facility dan lending facility juga naik 25 bps ke level 5,25 persen dan 6,75 persen.

Stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi tujuan utama BI, sekaligus sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking untuk memitigasi dampak imported-inflation, demi membawa inflasi terkendali di level 2-4 persen pada 2023.

Baca Juga:

Cermati Saham Pilihan: GGRM, HEAL, Hingga UNVR

Stockbit Sekuritas dalam catatan harian menilai kenaikan suku bunga acuan berpeluang memberi dampak negatif terhadap sejumlah sektor antara lain, properti, otomotif, telekomunikasi, konstruksi, hingga perbankan.

Untuk properti-otomotif dikhawatirkan akan membebani permintaan menyusul kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Sejumlah saham yang patut dicermati adalah seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Citra Developement Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)

Baca Juga:

Cermati Saham Pilihan: ADRO, ITMG, Hingga PTRO

Di lain pihak, tingkat utang yang tinggi juga meningkatkan beban bunga yang harus dibayar untuk sektor Telekomunikasi-Konstruksi. Beberapa saham yang patut diwaspadai datang dari empat BUMN konstruksi, seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

"Dari sektor perbankan, kenaikan suku bunga dapat menekan margin bunga bersih (NIM), dari kenaikan biaya pendanaan (CoF) di tengah perlambatan pertumbuhan DPK," tulis Stockbit Sekuritas, Jumat (20/10/2023).

Menurut Stockbit Sekuritas, investor perlu mencermati sejumlah saham bank seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Sementara, Phintraco Sekuritas menilai pasar masih akan wait and see melihat kondisi market, untuk mengantisipasi tekanan jual yang kemungkinan terbentuk pada sisa akhir pekan ini.

Era suku bunga tinggi dinilai dapat menjadi peluang untuk masuk terhadap saham-saham yang terdiskon, menurut bahasan CGS-CIMB Sekuritas dalam Berita Tentang Saham (BTS), Jumat (20/10).

Saham-saham sektor defensif dipandang dapat menjadi potensi, antara lain seperti konsumer hingga kesehatan. "Apalagi ini jelang pemilu maka daya beli konsumsi diperkirakan akan meningkat," ujar Retail Research Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Ellen Gracia.

Hingga penutupan sesi pertama Jumat (20/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau sebesar 0,12 persen di 6.854. Sektor pendorongnya berasal dari kesehatan 0,19 persen, dan keuangan 0,16%.

Di sektor keuangan, saham BBCA menjadi pendongkrak lantaran menguat 3,14 persen di Rp9.025, disusul PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) yang tumbuh 3,23 persen di Rp64. Sedangkan di sektor kesehatan terdapat saham PT Royal Prima Tbk (PRIM) tummbuh 2,68 persen di Rp115, dan PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) naik 1,72 persen di Rp59. (TSA)