Note

Disebut Dulang Cuan dari Perang Israel vs Hamas, Saham-saham Ini Terbang!

· Views 66
Disebut Dulang Cuan dari Perang Israel vs Hamas, Saham-saham Ini Terbang!
Foto: Reuters
Jakarta

Saham-saham perusahaan di bidang pertahanan di AS melonjak setelah terjadinya Perang Israel-Hamas. Hasil penelitian VandaTrack menyatakan, hal ini terjadi lantaran investor institusional dan ritel melakukan pembelian.

Dilansir dari CNN Business, Kamis (19/10/2023), iShares US Aerospace & Defense ETF, yang berisi perusahaan-perusahaan di bidang pertahanan dan milite seperti Raytheon, Lockheed Martin, Boeing, General Dynamics dan Northrop Grumman, telah melonjak sekitar 7% sejak serangan awal terhadap Israel awal bulan ini. ETF sendiri merupakan reksa dana yang berbentuk kontrak investasi kolektif.

Dalam laporan pendapatan baru-baru ini, disebutkan para eksekutif Lockheed Martin menyoroti konflik Israel dan Ukraina sebagai pendorong potensial peningkatan pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut. Hal inilah yang mendorong peningkatan saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam jangka panjang ada beberapa hal yang berubah secara signifikan. Salah satunya adalah lingkungan ancaman global dan situasi geopolitik yang semakin memprihatinkan dan menantang," kata CEO Lockheed Martin Corporation, Jim Taiclet.

"Hal ini membuat AS dan tentunya sekutu kami di seluruh dunia semakin fokus pada pertahanan nasional," sambungnya.

Meskipun terjadi pertumbuhan harga saham baru-baru ini, saham-saham pertahanan menghadapi tahun yang penuh tantangan. Salah satu hal yang mempersulit kontraktor pertahanan adalah usulan anggaran Presiden Joe Biden, yang mencakup peningkatan belanja pertahanan sebesar 4% menjadi US$ 814 miliar.

Hingga kini aturan tersebut masih belum jelas. Kongres AS harus bertindak paling lambat tanggal 17 November untuk meloloskan rancangan undang-undang alokasi anggaran tersebut ataupun resolusi berkelanjutan lainnya sebelum penutupan.

Sementara itu sepanjang tahun ini, indeks kedirgantaraan dan pertahanan S&P 500 telah kehilangan sekitar 8,5%, bahkan dengan kenaikan baru-baru ini. Diproyeksikan kondisi peningkatan terbaru ini mungkin hanya berumur pendek. Persediaan pertahanan biasanya meningkat setelah konflik militer, namun akan segera kehilangan keuntungan.

Contohnya saja dalam perang Rusia-Ukraina. Setelah invasi dilakukan, ETF pertahanan iShares melonjak sebesar 5%, dengan saham Lockheed Martin dan Northrop Grumman melonjak sekitar 20%. Namun dalam waktu enam bulan, saham-saham ini berbalik arah dan kehilangan sebagian besar keuntungannya.

"Jika perang tetap terbatas antara Israel dan Palestina, kemungkinan besar pasar akan melupakannya setelah beberapa hari," kata analis di XM, Raffi Boyadjian.

Menurutnya, peningkatan signifikan pada anggaran pertahanan AS dapat mendorong peningkatan yang berkelanjutan. Namun hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya tantangan dari Kongres dan terbatasnya cakupan konflik Israel-Hamas.

Di sisi lain, ada juga investor yang tak terpengaruh. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun mendekati level tertinggi 16-tahun pada hari Selasa kemarin. Padahal biasanya, harga turun selama konflik berkepanjangan karena pedagang memilih aset yang lebih aman.

Selain itu, harga minyak mentah berjangka yang stabil juga menunjukkan investor tidak mengantisipasi konflik yang akan menyebar ke negara-negara kaya minyak.

Beberapa raksasa Wall Street justru khawatir terhadap perang Israel-Hanas. Mereka memproyeksikan adanya kemungkinan konflik dapat meluas ke luar Israel dan Hamas. CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon sempat memperingati para investor akan kondisi ini.

"Sekarang mungkin merupakan waktu paling berbahaya yang pernah dialami dunia dalam beberapa dekade," kata Dimon.

Ia mengatakan, perang Israel-Hamas dan perang di Ukraina, berkemungkinan punya dampak yang luas terhadap pasar energi dan pangan, perdagangan global hingga hubungan geopolitik.

Kepala strategi investasi di CFRA, Sam Stovall, juga menunjukkan kekhawatirannya. Ia pun berkaca pada beberapa contoh konflik di Timur Tengah yang akhirnya berimbas secara global.

"(konflik Timur Tengah) yang memicu atau memperburuk resesi dan pasar bearish di AS, seperti Perang Yom Kippur pada tahun 1973 dan invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990," ujarnya

(shc/das)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.