Investor Optimistis The Fed Pertahankan Suku Bunga, Wall Street Ditutup Menguat

JAKARTA, iNews.id - Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin (18/9/2023) waktu setempat atau Selasa (19/9/2023) dini hari WIB, seiring aksi beli saham yang dilancarkan investor karena optimistis Federal Reserve atau The Fed akan mempertahankan suku bunga. 

The Fed akan mengadakan pertemuan bulanan pada Rabu (20/9/2023) waktu setempat. Banyak analis memperkirakan suku bunga The Fed akan dipertahankan pada posisi saat ini, karena sejumlah data perekonomian yang membaik, termasuk lonjakan inflasi yang mereda. 

Mengutip Reuters, 3 indeks utama di Wall Street seluruhnya ditutup di area positif. Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 6,06 poin atau 0,02 persen menjadi 34.624,3, S&P 500 (.SPX) bertambah 3,21 poin atau 0,07 persen menjadi 4.453,53 dan Nasdaq Composite (.IXIC) naik 1,90 poin, atau 0,01 persen menjadi 13.710,24.

The Fed telah berjanji untuk mengerem kenaikan suku bunga sehubungan dengan data ekonomi, yang telah menunjukkan tanda-tanda bahwa inflasi inti masih terus menurun menuju target tahunan The Fed sebesar 2 persen, dan menunjukkan perekonomian AS tetap pada pijakan yang kuat.

Para pelaku pasar menanti pertemuan kebijakan The Fed, yang diperkirakan akan berakhir dengan jeda kenaikan suku bunga, sehingga suku bunga target dana Fed tidak berubah untuk kedua kalinya sejak Maret 2022. 

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) juga akan merilis Ringkasan Proyeksi Ekonomi triwulanan, yang akan mencakup "dot plot", atau gambaran sekilas ekspektasi anggota yang berpartisipasi mengenai jalur suku bunga di masa depan.

Pasar keuangan saat ini memiliki kepastian 99 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga utama pada 5,25 persen-5,00 persen pada Rabu (20/9/2023). Selain itu, pergerakannya kurang pasti, dengan kemungkinan 69 persen bahwa FOMC akan bertahan pada bulan November, menurut alat FedWatch CME.

“Pasar ingin melihat dot plot lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Kabar buruk adalah kabar baik; kebanyakan orang akan mengatakan akan lebih baik jika ringkasan proyeksi ekonomi menunjukkan pelemahan ekonomi tahun depan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.

Di sisi lain, kemungkinan pelemahan ekonomi dapat bermutasi menjadi resesi masih menjadi kekhawatiran utama. “Investor mempertanyakan kemungkinan perlambatan versus hard landing, bertanya-tanya apakah keadaan bisa menjadi lebih buruk dari perkiraan para peramal saat ini,” ujar Stovall.

Saham-saham energi (.SPNY), yang didukung oleh kenaikan harga minyak mentah, memperoleh keuntungan terbesar dari 11 sektor utama S&P 500, sementara saham-saham konsumen (.SPLRCD) mengalami persentase penurunan terbesar, dengan Tesla Inc (TSLA.O) mengalami penurunan terberat.

VF Corp (VFC.N) merosot 4,6 persen menyusul penurunan peringkat saham perusahaan pakaian jadi oleh Piper Sandler menjadi "netral" dari "overweight".

Produsen chip Inggris Arm Holdings turun 4,5 persen setelah Bernstein memulai liputan dengan peringkat "berkinerja buruk" hanya beberapa hari setelah debutnya yang luar biasa.

Paypal Holdings merosot 2,0% setelah MoffettNathanson memangkas peringkatnya menjadi "kinerja pasar" dari "mengungguli". Jumlah obligasi yang mengalami penurunan melebihi jumlah obligasi yang naik di NYSE dengan rasio 1,22 banding 1; di Nasdaq, rasio 1,74 banding 1 mendukung penurunan.

S&P 500 membukukan 6 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 11 titik terendah baru; Nasdaq Composite mencatat 37 titik tertinggi baru dan 247 titik terendah baru.

Volume di bursa AS adalah 9,44 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,05 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.