Note

Harga Pakan Mahal, Peternak Ayam "Curhat" Terpaksa Ngutang hingga Rumah Terancam Hilang

· Views 50

JAKARTA, KOMPAS.com - Peternak ayam broiler mengeluhkan mahalnya harga pakan ternak yakni jagung yang membuat mereka merugi.

Salah satu perwakilan UMKM peternak ayam broiler asal Bogor, Wayan mengatakan, kondisi itu membuat mereka mau tak mau harus berhutang bahkan asetnya disita.

"Hari ini bapak/ibu, harga pakan mendekati harga beras, sekarang sudah Rp 10.000, enggak ada yang membatasi dia, terendah Rp 8.000. Kami sudah tidak bisa apa apa lagi, kami beli pakan jadi pak. Terus cashflow kami ngutang-ngutang, hari ini mobil diambil, mungkin besok rumah diambil," ujar Wayan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Senin (18/9/2023).

Baca juga: Peternak Ayam Mengadu ke DPR, Keluhkan Harga Telur Jatuh tetapi Pakan Mahal

Wayan bercerita kondisi itu bermula setelah adanya kebijakan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan. Dalam aturan itu, industri atau perusahaan besar diberikan izin untuk budidaya atau produksi.

"UU No 18 tahun 2009, cikal bakalnya di mana atas nama investasi, sektor industri integrasi saat itu dibolehkan budidaya. Pekerjaan yang bisa kami lakukan, mereka mulai lakukan," ungkapnya.

Kemudian hadir lagi Peraturan Menteri Peternak Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi, yang bertujuan melindungi peternak kecil.

Aturan itu membatasi industri untuk budidaya ayam broiler hanya 50 persen. Namun menurut Wayan, hasilnya tak berbuah baik, budidaya ayam broiler malah dikuasai 90 persen oleh industri besar bukan peternak kecil atau UMKM.

"Justru hari ini saya menyampaikan sekarang jumlah kami mungkin tinggal 10 persen produksi bibit dia itu dipakai sendiri, baik internal farm maupun atas nama kemitraan. Artinya kebijakan itu bukan menyuburkan kami tetapi menghabiskan kami," ujarnya.

Baca juga: KPPU: Ulah Pengepul, Peternak Ayam Jadi Sulit Dapat Pakan Jagung

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni juga mengamininya.

Dia mengatakan, sekarang populasi dari peternak sudah kalah saing dengan perusahaan besar. "Belum urusan teknologi, mereka jauh pasti lebih menang daripada kita," katanya.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.