Note

Gara-gara Saham Apple Jeblok, S&P dan Nasdaq Merosot

· Views 62
Gara-gara Saham Apple Jeblok, S&P dan Nasdaq Merosot
Ilustrasi saham - Foto: Getty Images/iStockphoto/Orientfootage
Jakarta

Saham S&P 500 dan Nasdaq melemah pada Jumat (8/9/2023). Penurunan ini disebabkan dari merosotnya saham Apple dan perusahaan chip karena khawatir dengan adanya pembatasan iPhone ke China.

Tak cuma itu penurunan klaim pengangguran di AS juga memicu kekhawatiran naiknya suku bunga dan inflasi yang tinggi. Indeks Dow Jones Industrial Average naik dari 57,54 poin (0,17%) menjadi 34.500,73, S&P 500 turun 14,34 poin (0,32%) menjadi 4.45,14, dan Nasdaq Composite turun 123,64 poin (0,89%) menjadi 13.748,83.

Apple Inc turun 2,9% pada hari kedua berturut-turut akibat berita China yang melarang pegawai negeri menggunakan iPhone saat bekerja. Dikutip dari Reuters, Bloomberg melaporkan bahwa China berencana memperluas larangan penggunaan iPhone ke perusahaan dan lembaga negara.

Laporan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran turun menjadi 216.000 orang pada minggu terakhir pada 2 September. Angka ini menjadi angka terendah sejak Februari.

Namun, para investor khawatir hal ini akan mempermudah Federal Reserve untuk melanjutkan kebijakan moneter yang ketat sehingga memberi tekanan pada saham-saham.

Investor jg dengan hati-hati mengantisipasi angka inflasi di bulan Agustus yang akan dirilis pekan depan. Menurut FedWatch Group CME, peluang Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan September yang mencapai 93%. Namun, peluang untuk jeda pada kebijakan di pertemuan bulan November jauh lebih rendah sebesar 53,5%.

Kepala Strategi Investasi di Edward Jones Craig Fehr menyebut penurunan pada hari Kamis sebagai sikap defensif yang hati-hati. Menurutnya, kemungkinan sangat kecil kebijakan moneter Federal Reserve bisa mempengaruhi ekonomi.

"Kemungkinan sangat kecil yang bisa digunakan Federal Reserve untuk menetapkan kebijakan moneter yang ketat. Bisa tidak terlalu ketat, jadi tidak mengganggu perekonomian. Ini merupakan hal yang kecil, tapi belum sepenuhnya tertutup," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan masih menjadi pertanyaan terbuka apakah kebijakan moneter cukup ketat sehingga bisa membawa perekonomian kembali mencapai keseimbangan.

"Kita punya kebijakan yang bagus, tapi harus terus bergantung pada data," imbuhnya.

(kil/kil)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.