Note

Tech Winter Bisa Jadi Momentum Investor Suntikan Modal ke Startup

· Views 77

Jakarta, IDN Times - Musim dingin industri tekno (tech winter) dinilai bisa menjadi kesempatan bagus bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan rintisan atau startup. Sebab, selain valuasi yang menjadi relatif murah, koreksi pasar diprediksi akan berakhir di akhir 2023.

Pengamat Teknologi/Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia yang kuat menjadi sentimen positif bagi perkembangan industri startup. Seleksi alam yang tengah berlangsung justru akan menghasilkan pelaku usaha rintisan yang unggulan. Situasi ini sangat bagus untuk investor yang ingin menanamkan modal di perusahaan startup.

"Cukup tinggi (potensi startup). Tahun lalu memang suram dan terjadi perlambatan. Tapi startup di negeri ini relatif kuat karena tertopang kondisi ekonomi makro yang kondusif. Konflik Ukraina-Rusia masih menjadi faktor pemberat karena berdampak signifikan ke perekonomian global, tapi industri ini akan tetap bertumbuh karena digitalisasi sudah menjadi keniscayaan zaman," kata Heru dalam keterangan resmi, Sabtu (11/3/2023).

Baca Juga: Startup Hadapi Masa Tech Slowdown, Apa Penyebabnya?

1. Startup diharapkan dapat tumbuh, tapi tantangannya tidak mudah

Tech Winter Bisa Jadi Momentum Investor Suntikan Modal ke StartupIlustrasi startup (Unsplash/rawpixel)

Menurut Heru, usai kebijakan suku bunga tinggi, investasi di startup memang mengalami penurunan yang sangat dalam. Tekanan yang berat berada pada startup di sektor transportasi, belanja, hingga pengantaran makanan. Sementara startup di sektor metaverse hingga artificial intelegen dinilai masih kompetitif.

"Jadi kalau kita lihat secara umum dari beberapa persoalan yang ada tersebut, tantangan-tantangan yang ada, kita bisa melihat bahwa startup ini memang diharapkan tumbuh tapi tantangannnya memang tidak mudah," katanya.

Sementara itu, Founder & Chief Executive Officer Dailysocial.id, Rama Arcintaka Mamuaya, mengatakan bahwa perusahaan startup yang ingin mendapatkan pendanaan dari investor, harus menunjukkan diri sebagai startup yang berpotensi growth dan profitability, fokus ke delivering value ke customer, dan memiliki model bisnis yang sehat.

“Startup yang memiliki financial foundation yang kuat dan growth yang mumpuni menjadi primadona untuk para investors,” ujar Rama yang juga dikenal sebagai pengamat startup ini.

2. Suntikan modal ke startup mulai turun sejak Maret 2022

Tech Winter Bisa Jadi Momentum Investor Suntikan Modal ke StartupIlustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Rama, startup yang sulit mendapatkan pendanaan saat ini bisa melakukan self-financing. Yakni, dengan mendapatkan modal kerja dari keuntungan (profit) yang diperoleh dari konsumen. Sehingga, efisiensi bukan lagi menjadi prioritas bagi startup dalam menyelesaikan persoalan pendanaan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

  • Harta Pejabat Pajak Rafael Alun Trisambodo, Hampir Saingi Menkeu!
  • Muncul Gerakan Tolak Bayar Pajak Imbas Kasus Rafael Alun Trisambodo
  • 9 Alasan Perusahaan PHK Karyawan yang sesuai UU Ketenagakerjaan

Berdasarkan data dari startup funding activity global, penurunan pendanaan mulai terjadi sejak Maret 2022 dan dampaknya terasa di Juni 2022. Pendanaan di kuartal III hanya sekitar 55,4 juta dolar AS, sementara di kuartal I 2022 masih sebesar 172,75 juta dolar AS.

"Jadi di kuartal III terasa dan kita yakini kuartal IV agak makin menurun. Sehingga memang salah satu strateginya adalah bagaimana startup mampu atau mencoba cari strategi lain antara lain menjadi perusahaan terbuka melalui proses Initial Public Offering (IPO)," katanya.

Baca Juga: Mau Kerja di Startup? 5 Skill Ini Wajib Kamu Punya

3. Investor tak lagi tertarik dengan strategi bakar uang yang dilakukan startup

Tech Winter Bisa Jadi Momentum Investor Suntikan Modal ke Startupilustrasi startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Strategi IPO, menurut Heru, menarik dicermati tetapi dengan sejumlah catatan. Antara lain terkait valuasi dan bisnis model. Investor saat ini lebih kritis dan cermat dalam menghitung valuasi yang wajar dari sebuah startup.

Soal bisnis model, kata Heru, investor sudah tidak tertarik dengan strategi bakar uang untuk mengejar pertumbuhan. Investor kini lebih peduli dengan startup yang memiliki pendapatan yang jelas dan biaya operasional yang masuk akal.

"Ini juga perlu menjadi perhatian agar penjualan saham lebih rasional dan harganya wajar. Ini terkait tingkat kepercayaan investor yang semakin cermat dalam memvaluasi perusahaan rintisan," papar Heru.

Sesuai levelnya, ada enam seri pendanaan untuk startup berdasarkan jumlah dana yang digelontorkan, yakni Pre-Seed/Seed (50 ribu - 60 ribu dolar AS), Series A (600 ribu - 3 juta dolar AS), Series B (5 juta - 20 juta dolar AS), Series C (25 juta – 100 juta dolar AS), Series D, E, F, dan G (di atas Series C tapi belum memenuhi persyaratan untuk IPO), dan pendanaan untuk startup yang siap IPO.

Meski demikian, bagi startup yang belum bisa melakukan self-financing, ada peluang mendapatkan pendanaan melalui pembiayaan dari perbankan. Misalnya melalui Garuda Fund, perusahaan pendanaan untuk startup nasional hasil joint venture antara Bank Danamon dan MUFG.

Garuda Fund adalah proyek bersama MUFG dan Bank Danamon yang didedikasikan untuk membantu pertumbuhan usaha rintisan di Indonesia sekaligus mendukung investasi strategis di industri startup.

“Sebagai investor jangka panjang di Indonesia, MUFG menyediakan ekosistem yang memungkinkan Danamon menjalin kolaborasi antara investor strategis dan startup dengan skala bisnis dan kapabilitas digital,” ujar Direktur Utama Bank Danamon Indonesia, Yasushi Itagaki.

MUFG dan Danamon menyelenggarakan Investment Matching Fair pada akhir Februari lalu. Inti kegiatan ini, MUFG dan Danamon mempertemukan pelaku usaha rintisan dengan sejumlah calon investor.

“Melalui Investment Matching Fair kami berharap dapat bertemu dengan perusahaan-perusahaan menjanjikan yang dapat bekerja sama dengan Danamon di masa mendatang. Kami bertekad mewujudkan komitmen ini,” ujar Wakil Direktur Utama Bank Danamon Indonesia, Honggo Widjojo Kangmasto.

Baca Artikel Selengkapnya

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.