Note

BPS Catat Laju Inflasi Beras Mulai Melemah

· Views 23
BPS Catat Laju Inflasi Beras Mulai Melemah

Pedagang menunjukkan beras kualitas premium di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras masih mengalami inflasi hingga November 2022. Namun, angka inflasi beras mulai mengalami penurunan dari bulan-bulan sebelumnya.

Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Angka inflasi beras sepanjang November jauh lebih kecil dari September

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras masih mengalami inflasi hingga November 2022. Namun, angka inflasi beras mulai mengalami penurunan dari bulan-bulan sebelumnya.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menjelaskan laju inflasi beras hingga November mencapai 0,37 persen month to month (mtm). Kendati demikian, angka inflasi itu lebih kecil dari periode Oktober yang mencapai 1,13 persen mtm.

"Sejak Juli, beras terus mengalami inflasi namun dengan tekanan inflasi yang semakin melemah," katanya menambahkan.

Secara berturut, inflasi beras pada Juli 2022 sebesar 0,05 persen mtm, kemudian meningkat jadi 0,54 persen mtm di periode Agustus. Memasuki September inflasi beras melonjak 1,44 persen mtm dan mulau turun menjadi 1,13 persen pada Oktober.

Setianto mengatakan, produksi beras pada bulan November diproyeksi mencapai 2,24 juta ton atau turun dari periode Oktober sebesar 2,43 juta ton.

Sementara penurunan produksi tersebut, harga beras tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp 11.877 per kg pada November dari Rp 11.837 per kg bulan Oktober.

Menurut Setianto, faktor penawaran dan permintaan secara umum menjadi penyebab kenaikan harga beras akhir tahun ini. Di sisi lain, terdapat kenaikan biaya produksi di tingkat produsen yang berdampak pada harga jual kepada konsumen.

"Kenaikan harga beras dalam empat bulan terakhir dipengaruhi oleh efek musiman seperti penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dan penyesuaian harga BBM," kata Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Pakar Pertanian IPB University, Hermanto Siregar, mengatakan, memang terdapat keseimbangan baru dalam harga beras pasca kenaikan harga BBM. Sebab, kegiatan pertanian saat ini mulai banyak menggunakan alat dan mesin pertanian yang memerlukan BBM.

Kenaikan harga BBM pun berdapak pada biaya sewa transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil panen ke daerah-daerah konsumen."Faktor kedua, memang terjadi kenaikan harga pangan secara global, di mana kalau itu terjadi maka di negara tertentu termasuk Indonesia akan ada korelasinya," kata dia.

Meski demikian, Hermanto mengatakan, selama laju inflasi beras maksimal masih setara dengan angka inflasi umum dapat dikatakan wajar. "Kecuali kalau misalkan inflasi 6 persen lalu inflasi beras 15 persen itu baru tidak wajar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.