Moskow (ANTARA) - Nilai tukar rubel menguat terhadap dolar AS pada awal perdagangan Selasa dan jatuh tajam kembali terhadap euro karena kekhawatiran atas kemungkinan sanksi baru terhadap Moskow terus melanda mata uang Rusia tersebut.

Pada pukul 08.01 GMT, rubel diperdagangkan 0,5 persen lebih kuat terhadap dolar pada 58,59 dan telah kehilangan 4,2 persen untuk diperdagangkan pada 55,84 terhadap euro. Rubel telah menguat 1,1 persen terhadap yuan menjadi 8,18.

Rubel mungkin berada di bawah tekanan di tengah rendahnya pasokan mata uang asing oleh eksportir, kata kepala analis Banki.ru Bogdan Zvarich, dan mungkin mencoba melemah melewati angka 59 terhadap greenback.

Mata uang Rusia telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa sesi terakhir, terhambat oleh likuiditas yang terbatas dan kekhawatiran investor bahwa sanksi baru atas tindakan Rusia di Ukraina dapat membatasi akses ke mata uang asing di Moskow.

Sementara itu, indeks saham Rusia naik, pulih lebih jauh dari posisi terendah selama berbulan-bulan yang dicapai pada akhir September.

"Faktor likuiditas akan memberikan dorongan lebih lanjut ke pasar karena uang dari dividen Gazprom mengalir ke pasar," kata BCS Global Markets dalam sebuah catatan.

Indeks RTS berdenominasi dolar terdongkrak 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 1.098,2 poin, sedangkan indeks MOEX Rusia berbasis rubel naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 2.044,6 poin, sebelumnya mencapai level terkuat sejak 23 September.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama minyak Rusia, naik 0,3 persen menjadi 89,2 dolar AS per barel di tengah ekspektasi OPEC+ dapat menyetujui pengurangan produksi besar-besaran minggu ini.


Baca juga: Rubel dan saham Rusia menguat saat Putin akan umumkan aneksasi
Baca juga: Saham Rusia perpanjang pemulihan, rubel jatuh menuju 59 per dolar
Baca juga: Rubel menguat, saham Rusia setop penurunan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022