Note

Krisis Energi Berpotensi Menguntungkan Dolar AS Versus Euro

· Views 19

Pasangan mata uang EUR/USD melemah sekitar 0.2 persen ke kisaran 1.1580-an dalam perdagangan hari Selasa (5/10/2021). Posisinya masih lesu hingga menjelang pembukaan sesi Sydney. Pasar forex mungkin mengalami volatilitas rendah hingga rilis data Non-farm Payroll AS pada hari Jumat, tetapi situasi krisis energi saat ini berpotensi semakin mengunggulkan dolar AS dan melemahkan euro.

Krisis Energi Berpotensi Menguntungkan Dolar AS Versus Euro

Topik inflasi menjadi kabar paling panas yang diperbincangkan pasar saat ini, karena kenaikan harga komoditas energi kemungkinan bakal mendorong laju inflasi makin tinggi dalam bulan-bulan mendatang. Harga minyak mentah terus mencetak rekor tertinggi baru multi-tahun setelah meningkat lebih dari 50 persen sejak awal tahun 2021. Harga gas di Eropa dan Inggris bahkan melejit lebih dari 300 persen sejak awal tahun 2021, menorehkan rekor tertinggi baru dalam sejarah.

Lonjakan harga komoditas energi terjadi setelah terungkap kabar bahwa persediaan di Eropa dan Inggris tak memadai untuk menghadapi musim dingin mendatang. Tingkat persediaan energi Eropa kini berada pada tingkat terendah dalam satu dekade. Pasokan dari Rusia terbatas, sedangkan permintaan tinggi dari China dan negara-negara Asia Utara lainnya semakin memperkuat persaingan untuk memperoleh pasokan.

Baca Juga:   BERITA SAHAM KAMIS 14/02/2019 - MNC SEKURITAS GANDENG BEBERAPA EMITEN DALAM INVESTOR GATHERING 2019

Dalam upaya mengendalikan inflasi yang melambung, bank-bank sentral kemungkinan bakal terpaksa menaikkan suku bunga. Namun, reaksi seperti itu kemungkinan tidak dapat dilaksanakan oleh bank sentral Eropa (ECB) dalam waktu dekat. Pertumbuhan ekonomi Eropa yang lesu masih terus membutuhkan suku bunga rendah dan Quantitative Easing. Padahal suku bunga yang lebih tinggi biasanya akan mendorong penguatan pada nilai tukar mata uang terkait versus mata uang lain yang memiliki suku bunga lebih rendah.

“Kombinasi langka dari permintaan yang menumpuk pasca-COVID, kelangkaan suplai yang parah, biaya energi yang tinggi, dan faktor-faktor khusus temporer, telah mendorong inflasi di kedua sisi Atlatik ke (tingkat) yang lebih tinggi dari apa yang diperkirakan bank sentral dan kami pada awal tahun,” kata Holger Schmieding, Kepala Ekonom Berenberg Bank.

Ia menambahkan, “Kami sekarang menantikan dua kali kenaikan suku bunga The Fed pada paruh kedua 2022 dan dua kali kenaikan suku bunga BoE tahun depan. Kami sekarang memperkirakan BoE untuk memulai dengan langkah (kenaikan suku bunga) pertama pada Mei dan bukannya Agustus 2022, sedangkan kenaikan suku bunga pertama ECB pada akhir 2023.”

Baca Juga:   BERITA SAHAM KAMIS 14/01/2020 - ECB TIDAK UBAH PERTUMBUHAN 2021 MESKI EROPA LOCKDOWN

“Ada suatu masa ketika pengetatan kebijakan moneter untuk memerangi inflasi di tengah pertumbuhan yang lemah berdampak baik bagi mata uang, tetapi tidak dalam iklim ekonomi ini,” kata Kit Juckes, pakar strategi makro dari Societe Generale, “Untuk sekarang, saya kira kekhawatiran (tentang) inflasi itu positif bagi dolar dan negatif bagi euro (atau sterling).

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.