Note

Pound Mulai Rebound Meski Krisis Energi Memburuk

· Views 89

Pound sterling mengawali bulan Oktober dengan rebound yang cukup meyakinkan. Rebound dalam GBP/USD bermula pada paruh kedua sesi Eropa kemarin dan terus berlanjut hingga hari ini (1/Oktober). Saat berita ditulis, sterling telah mendaki ke kisaran 1.3495 terhadap dolar AS. GBP/JPY masih loyo, tetapi EUR/GBP sudah menjauh dari rekor tertinggi tiga bulannya.

Pound Mulai Rebound Meski Krisis Energi Memburuk Grafik  GBP/USD  Daily via Tradingview.com

Krisis energi masih terus mengobrak-abrik Inggris. Semakin banyak supplier kolaps, sehingga total perusahaan energi Inggris yang gulung tikar sudah mencapai genap sepuluh. Lebih dari 1,7 juta pelanggan telah kehilangan supplier energi mereka, sehingga pemerintah kemungkinan harus turun tangan untuk membantu peralihan ke penyedia energi baru. Meski demikian, kabar penjatahan listrik di China menandakan bahwa krisis energi telah mengglobal dan bukan merupakan tantangan Inggris semata.

Sementara itu, efek kejut dari krisis energi bagi pound sterling agaknya mulai menyusut. Sejumlah faktor lain justru mendongkrak sterling. Perbaikan data GDP Inggris kuartal II/2021 telah mengurangi kecemasan tentang risiko stagflasi . Kenaikan yield obligasi pemerintah Inggris juga membuka peluang apresiasi sterling.

Brent Donnelly, Presiden Spectra Markets dan penulis Alpha Trader, mengatakan bahwa ia sudah tidak "bearish" lagi pada pound. Ia meyakini kepanikan pasar terkait kelangkaan bahan bakar sudah berakhir. Di sisi lain, "nominal yang menggiurkan" akan menarik arus modal setelah bunga riil terstabilkan.

"Nominal" yang dimaksud oleh Donnelly adalah yield obligasi nominal, alias pembayaran kupon obligasi pemerintah Inggris. Yield tersebut telah melejit belakangan ini karena para investor mengantisipasi kenaikan inflasi dan suku bunga Bank of England (BoE).

Kenaikan yield obligasi biasanya mendorong penguatan mata uang terkait. Oleh sebab itu, kenaikan yield obligasi pemerintah Inggris yang bertepatan dengan kemerosotan pound kemarin justru menjadi fenomena yang mengherankan.

Sejumlah analis berpendapat bahwa kesenjangan muncul karena yield riil belum meningkat seiring dengan yield nominal. Nah, Donnelly berpendapat para investor akan kembali berfokus membeli pound setelah yield riil terstabilkan. Stabilisasi itu mungkin terjadi setelah ekspektasi inflasi dan lonjakan harga energi mereda.

Kristoffer Kjær Lomholt, Kepala Analis Danske Bank, juga berpandangan bullish pada pound. Tapi ia punya alasan berbeda. Katanya, "...GBP biasanya menguat di dalam lingkungan investasi yang mengalami kebijakan moneter lebih ketat, sektor manufaktur memuncak, dan USD lebih kuat."

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.