• GBP/JPY melemah ke 191,00 setelah data PDB Inggris Q4 pada hari Kamis.
• Angka PDB Inggris mengalami kontraksi 0,3% QoQ dan 0,2% YoY di Q4, seperti yang diharapkan.
• Spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan melakukan intervensi di pasar Valas mungkin akan mengangkat Yen Jepang terhadap Euro.
• Investor akan mencermati Indeks Harga Konsumen (CPI) Tokyo untuk bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Jumat.

Pasangan GBP/JPY diperdagangkan di wilayah negatif selama dua hari berturut-turut, melayang di sekitar 191,00 pada hari Kamis. Pernyataan dovish dari Bank of England (BoE) memberikan tekanan jual pada Pound Sterling (GBP).

Data terbaru dari Kantor Statistik Nasional menunjukkan pada hari Kamis bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris untuk kuartal keempat (PDB) mengalami kontraksi 0,3% QoQ dan 0,2% YoY di Q4. Kedua angka tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar. GBP masih lemah mengikuti angka PDB Inggris karena pasar meningkatkan taruhan mereka bahwa Bank of England (BoE) akan mulai menurunkan suku bunga sebanyak tiga perempat poin pada tahun ini. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan bahwa penurunan suku bunga akan 'berperan' pada pertemuan kebijakan BoE di masa depan.

Di sisi lain, pelemahan Yen Jepang mungkin terbatas di tengah spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan melakukan intervensi di pasar Valas untuk menghentikan pergerakan mata uang yang tidak teratur dan spekulatif. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yishimasa Hayashi menyatakan pada hari Kamis bahwa ia akan mengamati dengan cermat volatilitas nilai tukar dan tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun terhadap pergerakan berlebihan.

Selanjutnya, pelaku pasar akan mengawasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Tokyo untuk bulan Maret, Tingkat Pengangguran, Produksi Industri, dan Perdagangan Ritel, yang akan dirilis pada hari Jumat. Jika data CPI Jepang menunjukkan lebih lemah dari perkiraan, hal ini dapat mempersulit jalur kenaikan suku bunga BoJ dan membebani JPY. Pasar Inggris akan tutup pada kesempatan Jumat Agung