Note

ICDX Commodity Outlook Q4 2022: Dampak Krisis Energi dan Konflik Geopolitik terhadap Komoditi

· Views 1,154
ICDX Commodity Outlook Q4 2022: Dampak Krisis Energi dan Konflik Geopolitik terhadap Komoditi

Krisis global berturut-turut telah menciptakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi negara-negara berkembang, mulai dari Covid-19, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, hingga perubahan iklim. Dampak yang paling terlihat adalah perlambatan aktivitas ekonomi paling tajam dalam 80 tahun, meningkatnya inflasi, percepatan krisis pangan, konflik geopolitik yang lebih luas, dan kemiskinan yang semakin parah.


Menurut Riset & Pengembangan ICDX Girta Yoga, “Selama triwulan III 2022, harga pangan dan inflasi di Indonesia mengalami peningkatan. Harga pangan naik 12,14 YoY dan inflasi Indonesia naik 230,79% YoY. Namun yang patut dibanggakan, meski pertumbuhan inflasi sangat drastis, Indonesia memiliki keunggulan yang diimbangi dengan pertumbuhan PDB yang positif. Sehingga isu kenaikan harga dan penurunan daya beli saat inflasi bisa diminimalisir.”


Sejak munculnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina, Indonesia memang diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga beberapa komoditas di tingkat global lebih rendah dibandingkan beberapa bulan terakhir. Harga minyak sawit turun cukup dalam pada periode Juni-September 2022. Hal ini menurut tim Litbang BKDI mencatat bahwa pada Q3 lalu minyak sawit mentah (CPO) mengalami penurunan harga sebesar 15,55%.


“Untuk proyeksi komoditas energi triwulan IV 2022, harga minyak berpotensi menemui resistance di kisaran harga USD110-120 per barel, dan untuk potensi support berada di kisaran harga USD85-75 per barel. Sementara untuk gas bumi, potensi harga berada pada USD7.50-8.50 sedangkan nilai support diperkirakan USD5.50-4.50. Kemudian untuk harga batu bara, pada kuartal IV sendiri akan berada di kisaran harga USD475-500 per ton, sedangkan support diproyeksikan menyentuh USD350-325 per ton," tambah Yoga.


Selain krisis energi, inflasi yang tinggi juga menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi global. Menurut Bank Indonesia, stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah dolar AS yang sangat kuat dan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Sementara itu, nilai tukar Rupiah hingga 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03% (YTD) dibandingkan level akhir tahun 2021, relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang beberapa negara berkembang lainnya. Depresiasi tersebut sejalan dengan penguatan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat semakin agresifnya pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara, terutama AS sebagai respons terhadap tekanan inflasi dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi prospek pertumbuhan ekonomi global. perekonomian Indonesia yang tetap positif.


“Inflasi global masih membayangi, apalagi ke depan negara-negara subtropis akan mengalami musim dingin. Dimana energi akan berperan besar dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Tentunya ke depan jika harga energi semakin mahal dan semakin sulit didapat akan mempengaruhi kegiatan ekonomi di berbagai negara dan akan berdampak langsung pada harga mata uang asing lainnya,” kata Research & Development ICDX, Taufan Dimas Hareva.


Perkembangan harga komoditas emas juga masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Inflasi global yang terjadi, agresivitas The Fed dalam mengambil kebijakan untuk menekan inflasi, dan konflik geopolitik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina masih menjadi faktor penyumbang volatilitas harga emas. Pada 2022, meski mengalami penguatan, harga emas cenderung turun hingga akhir kuartal III.


“Harga emas global mengalami tren penurunan sejak awal tahun, hal ini dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu kebijakan The Fed, inflasi global, dan konflik Rusia-Ukraina. Meski inflasi AS mengalami penurunan, namun masih jauh dari target yang ditetapkan The Fed. Sehingga hal ini akan menimbulkan kebijakan baru oleh The Fed yang dapat mempengaruhi harga emas. Selain itu, konflik Ukraina-Rusia juga menjadi faktor pendorong harga emas. Bisa ditebak, jika konflik membaik, harga emas akan tertekan. Namun, jika konflik semakin parah, harga emas diprediksi akan naik,” pungkas Litbang BKDI Revandra Aritama.


Ikuti akun Regulator Indonesia FOLLOWME untuk dapat lebih banyak konten dan update berita pilihan lainnya. Jika Anda punya informasi lain mengenai konten ini, silahkan berkomentar di bawah ini.


Ayo kunjungi topik #TradingResmi# agar mendapatkan tips-tips dalam memilih pialang lokal yang tepat dan berlisensi resmi.


Sumber: ICDX

 

Official Website: www.followme.com

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

👌
This article is a beacon of hope in a world filled with darkness and uncertainty.

-THE END-