- Gandum CBOT stabil di dekat level terendah 8 pekan, tertekan pasokan global melimpah dan pembatalan impor China.
- Jagung naik berkat ekspor AS, sementara kedelai stagnan di tengah permintaan lemah dan persaingan Brasil.
- Panen besar Argentina-Australia dan faktor geopolitik Ukraina menekan gandum, meski peluang rebound mulai terbuka.
Ipotnews - Harga gandum berjangka Chicago mulai menemukan titik keseimbangan, Kamis, meski masih bertahan di dekat level terendah delapan pekan.
Tekanan datang dari pembatalan pembelian gandum Amerika Serikat oleh China serta masuknya pasokan baru ke pasar global akibat panen besar di Argentina dan Australia, yang membuat ketersediaan gandum dunia semakin berlimpah.
Kontrak gandum yang paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) naik 0,2 persen atau USD1,00 menjadi USD507,25 per bushel pada pukul 13.46 WIB, setelah menyentuh USD504 pada sesi Rabu, posisi terendah sejak 23 Oktober, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Canberra, Kamis (18/12).
Sementara itu, harga kedelai berjangka CBOT bergerak mendatar di USD1.068,75 per bushel. Pada sesi sebelumnya, kedelai tersungkur ke titik terendah tujuh pekan di USD1.053,50 per bushel.
Tekanan pada harga kedelai muncul setelah Departemen Pertanian Amerika Serikat ( USDA ) mengonfirmasi adanya penjualan kedelai ke China dan ke tujuan yang tidak disebutkan secara rinci, disertai dengan lemahnya sentimen pasar, Rabu. Pemulihan harga minyak mentah turut membantu menopang harga bahan baku biofuel, termasuk kedelai.
Jagung berjangka mencatat kenaikan untuk hari kedua berturut-turut, didukung kuatnya permintaan ekspor Amerika Serikat. Harga jagung CBOT naik 0,28 persen atau USD1,25 menjadi USD441,75 per bushel dan kembali mendekati level tertinggi enam bulan di USD452,25 pada 2 Desember.
Meski demikian, tekanan dari harga gandum yang rendah membatasi kenaikan jagung, mengingat keduanya saling bersaing di pasar pakan ternak.
Harga gandum dan kedelai merosot sekitar 10 persen dari puncaknya bulan lalu akibat pasokan global yang berlimpah. Kedelai juga menghadapi tantangan tambahan berupa permintaan ekspor Amerika yang lesu serta persaingan ketat dari kedelai Brasil yang ditawarkan dengan harga lebih murah.
Rabu, USDA melaporkan eksportir AS membatalkan penjualan sebanyak 132.000 ton gandum putih ke China. Alasan pembatalan tersebut tidak dijelaskan secara resmi, namun pelaku pasar menyebutkan gandum asal Argentina tersedia dengan harga yang lebih kompetitif.
Analis Bendigo Bank Agribusiness Insights, Rod Baker, menyatakan hasil panen gandum di Argentina dan Australia terus meningkat dan menambah pasokan global. Selain itu, Argentina juga menurunkan pajak ekspor, langkah yang semakin meningkatkan daya saing negara tersebut di pasar internasional.
Menurut Baker, penurunan harga di bursa Chicago kemungkinan sudah cukup dalam untuk mendorong minat beli kembali. Dia memperkirakan harga akan mulai stabil di kisaran saat ini dan berpotensi naik secara bertahap memasuki awal tahun depan.
Dari sisi geopolitik, kemajuan dalam pembicaraan damai untuk mengakhiri perang di Ukraina turut membebani harga gandum, meski peluang gencatan senjata masih dinilai belum dekat.
Di saat bersamaan, serangan Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam dan fasilitas energi menghambat ekspor gandum Ukraina. Serikat petani Ukraina, UAC, menyatakan serangan itu memaksa penutupan sejumlah terminal ekspor, sehingga mengurangi volume pengiriman gandum dari negara tersebut. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now