Pasar Khawatirkan Lonjakan Pasokan, Harga CPO Bergerak dalam Kisaran Sempit

avatar
· Views 236
  • Harga CPO melemah dan melanjutkan tren turun akibat ekspor yang lemah dan stok yang tinggi, meski pergerakannya relatif terbatas.
  • Kenaikan harga soyoil dan minyak mentah global membantu menahan penurunan CPO tidak semakin dalam.
  • Faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, pelemahan ringgit, serta penurunan impor minyak nabati Uni Eropa turut memengaruhi sentimen pasar.

Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia bergerak dalam kisaran sempit, Rabu, di tengah berlanjutnya kekhawatiran pasar terhadap lemahnya ekspor dan tingginya tingkat persediaan yang terus menekan harga.
Meski demikian, penguatan harga minyak kedelai (soyoil) di Chicago serta kenaikan harga minyak mentah global memberikan penopang bagi pasar.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 5 ringgit atau 0,13 persen menjadi 3.957 ringgit (USD969,14) per metrik ton pada jeda perdagangan tengah hari.
Penurunan ini memperpanjang pelemahan harga yang berlangsung selama tiga sesi perdagangan berturut-turut, dengan total koreksi mencapai 1,39 persen, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Rabu (17/12).
Pelaku pasar masih dibayangi kekhawatiran atas kinerja ekspor Malaysia yang lemah serta tingkat stok domestik yang relatif tinggi. David Ng, trader di perusahaan perdagangan Iceberg X Sdn Bhd yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan dua faktor tersebut terus menjadi tekanan utama bagi pergerakan harga minyak sawit.
Namun demikian, dia menambahkan bahwa rebound yang terjadi pada pasar minyak kedelai Chicago serta penguatan harga minyak mentah membantu menahan penurunan harga agar tidak lebih dalam.
Di pasar komoditas lain, kontrak minyak kedelai paling aktif di Bursa Dalian melorot 0,73 persen, sementara kontrak minyak sawitnya melemah 0,97 persen. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade menguat 0,19 persen.
Secara umum, harga CPO kerap mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena seluruh komoditas tersebut berkompetisi dalam pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 1 persen setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan penerapan "blokade total dan menyeluruh" terhadap seluruh kapal tanker minyak yang terkena sanksi dan keluar masuk Venezuela. Kebijakan tersebut memicu kembali ketegangan geopolitik global, di tengah kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan energi.
Kenaikan harga minyak mentah turut meningkatkan daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel, karena margin produksi menjadi lebih kompetitif.
Dari sisi mata uang, ringgit Malaysia, yang merupakan mata uang perdagangan CPO, melemah 0,02 persen terhadap dolar AS. Pelemahan ini membuat harga sawit menjadi sedikit lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Di sisi kebijakan energi, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menyatakan akan merampungkan mandat pencampuran biofuel untuk 2026 dan 2027 pada kuartal pertama tahun depan. Penetapan tersebut sebelumnya diperkirakan diumumkan pada akhir Oktober tahun ini.
Sementara itu, data Komisi Eropa menunjukkan impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2025/2026 yang dimulai Juli mencapai 5,65 juta metrik ton hingga 14 Desember. Angka tersebut merosot 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor minyak sawit Uni Eropa juga menyusut 12 persen menjadi 1,35 juta ton dalam periode yang sama. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest