- Harga minyak melemah, Brent turun 0,92% dan WTI 1,08%, meski ketegangan AS-Venezuela memicu gangguan pasokan.
- Tekanan utama dari surplus global, prospek damai Rusia-Ukraina, serta perlambatan ekonomi China.
- Analis perkirakan tekanan berlanjut, seiring pasokan tumbuh jauh lebih cepat dibanding permintaan hingga 2026.
Ipotnews - Harga minyak melemah, Senin, setelah investor menimbang gangguan pasokan akibat meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Venezuela dengan kekhawatiran kelebihan pasokan global serta dampak potensial dari kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melorot 56 sen atau 0,92% menjadi USD60,56 per barel, demikian laporan Reuters, di Denver, Senin (15/12) atau Selasa (16/12) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot 62 sen atau 1,08% ke posisi USD56,82 per barel. Kedua kontrak tersebut anjlok lebih dari 4% sepanjang pekan lalu, tertekan ekspektasi surplus pasokan minyak global pada 2026.
Ekspor minyak Venezuela dilaporkan anjlok setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker pekan lalu dan menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran serta kapal-kapal yang berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin tersebut.
Berdasarkan data pelayaran, dokumen, dan sumber maritim, langkah Washington tersebut langsung berdampak pada arus pengiriman minyak Venezuela.
Pasar kini mencermati ketat perkembangan selanjutnya dan implikasinya terhadap pasokan global, setelah Reuters melaporkan bahwa Amerika Serikat berencana mencegat lebih banyak kapal yang mengangkut minyak dari Venezuela pasca-penyitaan tanker. Langkah ini dinilai meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Di tengah eskalasi tersebut, BUMN migas Venezuela, PDVSA, mengungkapkan mengalami serangan siber. Akibat meningkatnya ketegangan, sejumlah kapal tanker yang dijadwalkan memuat minyak mentah dari Venezuela dilaporkan berbalik arah.
Analis PVM, John Evans, menilai tekanan penurunan harga minyak kemungkinan akan lebih besar jika bukan karena sikap Amerika Serikat yang semakin agresif terhadap Venezuela. Menurutnya, tren penurunan harga minyak yang berlanjut hingga mencapai level terendah bulanan pada pekan lalu sedikit tertahan oleh eskalasi ketegangan tersebut.
Meski demikian, dampak gangguan pasokan dinilai terbatas oleh ketersediaan minyak yang melimpah di pasar global. Pasokan minyak yang sudah dalam perjalanan menuju China--pembeli minyak terbesar Venezuela--serta suplai global yang berlimpah dan permintaan yang melemah, menjadi faktor penahan kenaikan harga.
Dari sisi geopolitik, kemajuan dalam pembicaraan damai yang dimediasi Amerika Serikat turut menekan harga minyak. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepaskan ambisi negaranya bergabung dengan aliansi militer NATO, dalam rangkaian pembicaraan selama lima jam dengan utusan AS di Berlin, Minggu, yang dilanjutkan dengan putaran kedua pada Senin.
Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Rustem Umerov, menyebut perundingan Ukraina-AS dalam dua hari terakhir berlangsung konstruktif dan produktif, dengan kemajuan nyata yang telah dicapai.
Prospek kesepakatan damai tersebut membuka peluang meningkatnya pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang saat ini masih dibatasi oleh sanksi negara-negara Barat.
Tekanan tambahan terhadap harga minyak juga datang dari meningkatnya ekspektasi surplus pasokan, serta data ekonomi China yang melemah. Output pabrik di negara tersebut melambat ke level terendah dalam 15 bulan pada November, sementara pertumbuhan penjualan ritel mencatat laju paling lambat sejak Desember 2022.
J.P. Morgan Commodities Research dalam catatannya menyebutkan surplus minyak pada 2025 diperkirakan semakin melebar hingga 2026 dan 2027, seiring proyeksi pasokan global yang tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan permintaan hingga 2026.
Analis UBS Giovanni Staunovo menambahkan bahwa sentimen penghindaran risiko, pelemahan pasar saham Wall Street, serta data ekonomi China yang lebih lambat dari perkiraan turut membebani pergerakan harga minyak mentah. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now