Yen Perkasa Jelang Pekan Krusial Kebijakan Moneter Global

avatar
· Views 343
  • Yen menguat 0,5% ke 155,08 per dolar AS, didorong ekspektasi kenaikan suku bunga BOJ.
  • Pasar global menanti keputusan bank sentral utama (BOJ, BoE, ECB) serta rilis data ekonomi AS yang menentukan arah kebijakan the Fed.
  • Pound, euro, dan Aussie melemah versus dolar; yuan justru menguat ke level tertinggi setahun.

Ipotnews - Yen menguat, Senin, menjelang pekan penting yang diwarnai pengumuman suku bunga dari bank sentral utama dunia serta rilis data ekonomi Amerika Serikat yang berpotensi memberikan arah kebijakan Federal Reserve pada awal tahun depan.
Mata uang Jepang itu menanjak 0,5 persen ke level 155,08 per dolar AS, melanjutkan penguatan yang terjadi sejak awal sesi. Penguatan yen terjadi setelah Bank of Japan (BOJ) menyatakan sebagian besar perusahaan Jepang yang disurvei memperkirakan menaikkan upah pada tahun fiskal 2026 dengan laju yang relatif sama seperti tahun berjalan, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Senin (15/12).
Selain itu,  Bloomberg News  melaporkan bahwa BOJ berencana mulai menjual kepemilikan exchange-traded fund (ETF) secepatnya pada Januari mendatang.
Sentimen positif terhadap yen juga diperkuat oleh hasil survei terpisah yang dirilis sebelumnya pada hari yang sama, yang menunjukkan sentimen bisnis produsen besar Jepang mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir pada periode tiga bulan hingga Desember.
Analis OCBC , Christopher Wong, menilai data tersebut semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga BOJ, meski pasar pada dasarnya sudah memperkirakan langkah tersebut akan diumumkan pada Jumat.
Menurutnya, perhatian pelaku pasar kini tertuju pada panduan kebijakan Gubernur BOJ Kazuo Ueda terkait arah pengetatan moneter selanjutnya.
Wong menambahkan bahwa pemulihan yen yang lebih signifikan membutuhkan komitmen kuat dari BOJ, disiplin fiskal dari pemerintah Jepang, serta kondisi dolar AS yang tetap lemah.
Di kawasan Pasifik, pergerakan dolar Selandia Baru juga lebih mencolok dibandingkan mata uang lainnya. Kiwi melemah 0,36 persen ke level USD0,5781 setelah gubernur bank sentral negara tersebut menepis ekspektasi pasar terkait kemungkinan kenaikan suku bunga tahun depan.
Sementara itu, pasar juga menantikan keputusan suku bunga dari Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijadwalkan pekan ini.
Pelaku pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh BoE, seiring inflasi Inggris yang masih tinggi namun mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.
Adapun ECB diperkirakan mempertahankan suku bunga, meski spekulasi pasar mulai mengarah pada kemungkinan kenaikan suku bunga pada 2026.
Poundsterling melemah 0,13 persen menjadi USD1,3364, sementara euro turun tipis 0,06 persen ke posisi USD1,1733.
Analis Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso, menilai keputusan BoE akan berlangsung sangat ketat dan berimbang. Dia mengingatkan bahwa data inflasi Inggris yang dijadwalkan rilis pada Rabu berpotensi mengubah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan.
Di Amerika Serikat, investor bersiap menghadapi gelombang rilis data ekonomi yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan. Laporan ketenagakerjaan November dijadwalkan rilis Selasa, disusul data inflasi pada Kamis.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama bertahan di dekat level terendah dalam hampir dua bulan terakhir di posisi 98,37.
Menurut analis Bank of Singapore, Sim Moh Siong, data tersebut sarat dengan volatilitas karena dipengaruhi dampak penutupan pemerintahan.
Dia menambahkan, pembuat kebijakan kemungkinan akan menafsirkan data tersebut dengan lebih hati-hati, dengan fokus utama pada tren pasar tenaga kerja AS.
Federal Reserve memangkas suku bunga pekan lalu dengan keputusan yang terbelah, namun Chairman Jerome Powell mengisyaratkan biaya pinjaman tidak akan segera turun kembali dalam waktu dekat, sambil menunggu kejelasan kondisi ekonomi.
Presiden AS Donald Trump juga menyatakan pada Jumat bahwa dia mempertimbangkan mantan Gubernur Fed Kevin Warsh atau Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett untuk memimpin bank sentral tahun depan.
Di Asia, data yang dirilis Senin memperlihatkan pertumbuhan output pabrik dan penjualan ritel China sepanjang November berada di level terlemah dalam lebih dari satu tahun terakhir, menambah tantangan bagi pembuat kebijakan yang berupaya menopang perekonomian senilai sekitar USD19 triliun tersebut.
Dolar Australia, yang kerap digunakan sebagai proksi likuid bagi yuan China, melemah 0,17 persen ke posisi USD0,6643. Sebaliknya, yuan onshore justru menguat ke level tertinggi dalam lebih dari satu tahun di 7,0497 per dolar AS. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest