Minyak Naik di Tengah Tensi AS-Venezuela; Kekhawatiran Surplus Masih Membayangi

avatar
· Views 340
  • Harga minyak naik, Brent ke USD61,42 dan WTI ke USD57,72, terdorong kekhawatiran gangguan pasokan.
  • Kekhawatiran oversupply tetap ada, dengan proyeksi surplus global hingga 2027.
  • Produksi AS menurun, sementara ketegangan geopolitik dan serangan fasilitas di Rusia memengaruhi sentimen pasar.

Ipotnews - Harga minyak menguat, Senin, seiring kekhawatiran terhadap gangguan pasokan yang dipicu meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Venezuela, meski pasar masih dibayangi potensi kelebihan pasokan dan dampak kemungkinan kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 30 sen atau 0,49 persen menjadi USD61,42 per barel pada pukul 14.25 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Senin (15/12).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 28 sen atau 0,49 persen jadi USD57,72 per barel.
Kedua kontrak sebelumnya merosot lebih dari 4 persen pekan lalu karena ekspektasi surplus pasokan pada 2026.
Tsuyoshi Ueno, ekonom NLI Research Institute, menilai pembicaraan damai Rusia-Ukraina masih bergeser antara optimisme dan kewaspadaan, sementara ketegangan antara Amerika dan Venezuela meningkat, memunculkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan.
"Namun, pasar masih belum memiliki arah yang jelas. Kekhawatiran oversupply tetap kuat, dan kecuali risiko geopolitik meningkat tajam, WTI bisa turun di bawah USD55 pada awal tahun depan," katanya.
Data pelabuhan dan dokumen maritim menunjukkan ekspor minyak Venezuela turun tajam setelah Amerika menyita sebuah tanker awal pekan lalu, dan memberlakukan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran yang berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin tersebut.
Dilaporkan  Reuters , Amerika berencana menahan kapal-kapal pengangkut minyak Venezuela lebih lanjut, meningkatkan tekanan terhadap Presiden Nicolas Maduro.
Di sisi lain, ekspektasi pasar akan surplus pasokan tetap menekan harga. JPMorgan Commodities Research mencatat dalam laporan Sabtu lalu bahwa surplus minyak global diperkirakan meningkat pada 2025, 2026, dan 2027, karena pasokan diproyeksikan tumbuh tiga kali lebih cepat dibanding permintaan hingga 2026.
Di Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menawarkan untuk menangguhkan aspirasi negaranya bergabung dengan aliansi militer NATO dalam pembicaraan lima jam dengan utusan Amerika di Berlin pada Minggu.
Negosiasi dijadwalkan berlanjut Senin. Utusan AS Steve Witkoff mengatakan "banyak kemajuan telah dicapai," meski detail tambahan tidak diungkapkan.
Situasi konflik juga memengaruhi fasilitas produksi. Militer Ukraina melaporkan pada Jumat bahwa mereka menyerang sebuah kilang minyak besar di Yaroslavl, timur laut Moskow, yang menyebabkan kilang tersebut menghentikan produksinya, menurut sumber industri.
Sementara itu, pendapatan negara Rusia dari minyak dan gas diperkirakan anjlok hampir setengah dibanding tahun lalu menjadi 410 miliar rubel (USD5,12 miliar) pada Desember akibat harga minyak yang lebih rendah dan penguatan rubel, menurut perhitungan  Reuters. 
Potensi kesepakatan damai nantinya bisa menambah pasokan minyak Rusia, yang saat ini dikenai sanksi oleh negara-negara Barat.
Dari sisi produksi AS, perusahaan energi memangkas jumlah rig migas aktif untuk kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat.
Langkah ini menandakan upaya produsen menyesuaikan produksi terhadap kondisi pasar global yang tidak menentu. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest